Semangat Nasionalisme di Puncak Merah-Putih Gunung Kekep


Warna merah-putih terlihat begitu mencolok dari kejauhan saat menyusuri Jalan Cemorosewu menuju De Durian Park. Warna bendera pusaka kebanggaan negeri ini, sangat kontras dengan hijaunya perbukitan di seberang lereng. Sepertinya itu sebuah bendera, tapi sebenarnya itu tempat apa???


Lokasi menarik itu akhirnya terkuak. Rupanya tempat itu merupakan sebuah musholla sederhana, yang pemiliknya mendirikan bendera merah putih raksasa. Bendera itu bukan dikibarkan, tapi didirikan di dua buah tiang. Awalnya Jombang City Guide mengira Sang Dwiwarna itu adalah dinding yang diwarnai merah-putih, ternyata terbuat dari kain. Bendera merah-putih itu begitu besar, ukurannya sekitar 9 meter hingga tampak dari seberang bukit.


Berada di Bukit Kekep yang berada di Dusun Pokah, Desa Wonosalam. lokasi ini bisa dituju melalui Jalan Kekep dengan melewati tanjakan kekep yang bernuansa trabas adventure. Medan menanjak dengan pemandangan kebun sepanjang jalan, dengan kontur tanah yang jelas becek saat musim hujan. Beruntung destinasi ini sudah ditandai di Gmaps dengan kata Puncak Merah-Putih Kekep, meski bertanya pada penduduk sekitar bisa jadi cara yang paling ampuh.




Disarankan menggunakan kendaraan roda dua untuk mengunjungi destinasi ini, sedangkan bagi kendaraan roda empat sebaiknya menggunakan jenis adventure. Memang, medan terjal masih muat dilalui mobil perkotaan seperti yang dibawa Jombang City Guide, tapi apa gak eman dikendarai macam Trabas Adventure??? Monggo kembali pada keputusan masing-masing.






Potret pengunjung yang menikmati suasana di bukit tersebar di berbagai grup media sosial sehingga makin memunculkan rasa penasaran terhadap lokasi ini. Meski berada di perbukitan dan tidak benar-benar berada di puncak sebuah gunung, destinasi ini kerap disebut Puncak Pokah atau Puncak Kekep. Nama Merah-Putih disematkan sebagai ciri khas destinasi ini yang memang punya Sang Dwiwarna jumbo di Bukit Pokah.



Karena banyak pula yang penasaran dengan destinasi ini, akhirnya musholla kecil itu pun dikembangkan menjadi sebuah destinasi sederhana yang punya keunikan tersendiri. Kini, dibangun dataran berbentuk segi lima di samping musholla, yang dilengkapi dengan kursi untuk para pengunjung. Entah apa kaitannya, tapi bila menggunakan unsur cocokologi alias tutuk-gathuk mungkin segi lima ini menggambarkan perisai di Burung Garuda yang menggambarkan Pancasila.



Bersudut segi lima



Dibuka pula warung kopi yang menyediakan aneka minuman berwarna dan tidak berwarna, sebagai penunjang wisatawan dalam menikmati suasana di Puncak Kekep. Menu masih berkisar minuman bubuk, termasuk makanan ringan dalam kemasan. Gorengan dan tukang bakso masih belum mencapai puncak ini, namun cepat atau lambat saat magnet destinasi ini makin kuat mereka akan tertarik dengan sendirinya.





Gazebo bambu masih dalam pembangunan, namun pagar pembatas seperti di Bulu View masih belum tersedia. Pemandangan jurang bisa jadi sarana bunuh diri yang cocok untuk orang frustasi. Jadi bagi pengunjung yang membawa anak-anak yang lincah mungkin harus ekstra hati-hati dan harus menjaga buah hatinya dengan ketat. Pengalihan perhatian mungkin dibutuhkan supaya anak-anak tak berlarian thawaf di sini.  


Mencari pengalih perhatian

Akhirnya mainan pasir

Yawes gpp, pokoe habis ini cuci tangan cuci kaki lho ya!

Dari lokasi ini, bisa dilihat sebagian sisi dari Pegunungan Anjasmoro dengan view yang punya ciri khas tersendiri. Sebuah puncak bukit yang berada di tengah Wonosalam, dimana pemandangan perbukitan dan gunung yang lebih tinggi mengelilingi sekitarnya.





Saat malam akan tampak gemerlap cahaya lampu rumah penduduk dan bisa menjadi salah satu daya tarik yang tetap menyedot rasa penasaran penduduk lokal. Bahkan bila beruntung saat malam cerah, menara bercahaya Masjid Baitul Mukminin di pusat Jombang akan terlihat.

Kunjungan malam



Pengunjung jelas paling ramai datang saat weekend, meski saat weekdays pun beberapa pengunjung tetap ada yang mampir. Tentunya, saat yang paling indah dari view ini adalah pagi hari dan sore hari. Dimana mentari pagi bersinar menyejukkan dan belum datang kabut yang menyelimuti puncak gunung.


  


Wisatawan biasanya betah berlama-lama di sini, terutama untuk berburu momentum terlihatnya Puncak Kukusan yang ikonik yang begitu mempesona. Sayangnya Jombang City Guide berkunjung saat siang hari, sehingga kabut sedang menyelimuti Sang Boklorobubuh.

Kukusan yang sedang malu menampakkan diri

Berselimut kabut awan


Myonk


View sore hari adalah saat tepat berburu pesona sunset dimana warna langit menjelang petang yang oranye kemerahan. Pemandangan senja memang begitu mempesona, meski bermandikan sinar inframerah dimana dunia astral energinya sedang berpendar bertubi-tubi.


Mungkin ada baiknya anak-anak tidak diajak berbubur panorama saat matahari terbenam. Bukannya apa-apa, namun baiknya mengikuti perintah nabi saja dimana anak-anak seharusnya berada di dalam rumah saat momen terbenamnya Sang Surya. Beruntung, lokasi ini merupakan musholla sehingga pengunjung bisa langsung menunaikan Sholat Maghrib di lokasi.






Sayangnya bendera raksasa magnet utama destinasi ini, kini sudah pensiun dari tugasnya. Kini Sang Dwiwarna raksasa dijadikan pembungkus kerucut bambu yang berada di dataran segi lima tepat di tengah-tengah lokasi. Beberapa bendera jumbo, menggantikan tugas Sang Raksasa Dwiwarna dan pengunjung bisa tetap menikmati keindahan Puncak Kekep dengan kebanggaan bendera Merah-Putih.




Kerucut bambu berselimut bendera pusaka ini sepertinya menjadi sebuah sentral di tengah segi lima. Pengunjung anak-anak yang tak bisa diam biasanya menggunakan dataran segi lima ini untuk sarana ‘thawaf’. Semoga dengan adanya destinasi ini, bisa jadi sarana latihan thawaf sehingga mimpi mengelilingi Ka’bah di tanah suci menjadi kenyataan. (aamiin.. aamiin yaa robbal alamin)




Toilet dan tempat wudhu sudah disediakan pengelola, sehingga bagi yang ingin merasakan sensasi mendirikan sholat di puncak gunung bisa menunaikan ibadahnya. Lokasinya bersih, musholla nya juga bersih. Bagi pengunjung yang mau sholat, ketersediaan air diutamakan.



Air bersih dan toilet


Sementara ini, belum ada tiket masuk ke lokasi, namun pengunjung tetap diharuskan menjaga kebersihan destinasi unik ini. Tarif parkir pun masih dalam rentang kewajaran. Wifi juga sudah siap tapi jangan lupa order makanan ringan dan minuman yang ada di sini lho yow…


Pengelola


Iklan

‘Patriotisme’ di Puncak Merah-Putih Gunung Kekep rasanya tak akan pudar meski bukan di bulan perayaan kemerdekaan. Ada semangat nasionalisme di sini, di sebuah sudut kecil Negeri Zamrud Khatulistiwa. Kapan mampir dan menikmati suasananya????


Puncak Merah-Putih Gunung Kekep
Tanjakan Kekep
Dusun Pokah, Desa Wonosalam,
Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang
Buka setiap hari 24 jam

0 komentar:

Posting Komentar