Sayur Daun Racun Yang Tak Bikin Keracunan

Namanya terdengar aneh dan punya nuansa horor : Sayur Daun Racun.
Ini mau makan apa bunuh diri, sih???

Mendengar namanya sudah terasa nuansa horor ala es kopi Vietnam, terutama Wonosalam juga terkenal sebagai penghasil kopi ekselsa langka warisan kolonial. Mau tanya-tanya tentang makanan ini kok gengsi dikit, apalagi kelihatan awam banget tentang spesifikasinya. Juga kuatir yang jual tersungging apa gimana gitu. Mungkin yang jual bercanda karena suka ndangndutan. Bisa jadi sebenarnya makanan ini temannya keong racun. Atau cuman nama merek saja supaya bombastis gitu kedengarannya??? Racun beneran bukan sih???



Bagaimana ceritanya, racun kok malah jadi sayuran?
Namanya sayur daun racun dan masih menjadi santapan kuliner di Wonosalam. Meski namanya racun, sayuran ini banyak dicari dan menjelma jadi kuliner tradisional andalan warga Lereng Anjasmoro. Siapa pula yang mengira bahwa ternyata Wonosalam punya kuliner unik selain Nasi Jagung, Kolak Ketan Durian dan aneka olahan durian – yang kemudian namanya membuat orang mundur teratur untuk menyantapnya.





Daun racun atau daun racunan pun bertransformasi menjadi kuliner unik yang tak hanya bergizi tapi jelas nikmat untuk disantap.  Sayur daun racun yang kerap diolah mirip sayur lodeh, sudah menjadi kuliner tradisional yang resepnya sudah mendarah daging di setiap tungku yang mengepul di rumah-rumah penduduk Lereng Anjasmoro. Jadi tak perlu ketakutan dengan namanya, karena tetap aman disantap sebab ‘instrumen’ racun dalam sayur ini sebatas penyebutan belaka.


Daun racun, atau juga disebut daun racunan sebenarnya merupakan daun dari Pohon Kastuba yang punya nama latin Euphorbia pulcerrima. Tak jelas siapa yang memulai menyebut nama daun ini dengan sebutan daun racun. Yang jelas warga setempat sudah mewarisi resep masakan tradisional itu dan menyebutnya dengan daun racun hingga sekarang. Setelah zaman modern mulailah daun ini dikenali sebagai Daun Kastuba. Tapi penduduk tetap lebih akrab menyebutnya dengan daun racun. Sengaja nakutin apa gimana sih???


Meski jadi bahan utama kuliner tradisional nan unik khas Lereng Anjasmoro, tanaman daun racun tak banyak dibudidayakan warga Wonosalam seperti tanaman singkong atau lainnya. Mungkin kalah pamor dengan pohon durian yang memang jadi andalan di Wonosalam. Warga yang akan memasak sayur daun racun, biasanya mengambil daun kastuba itu di tepi jalan atau kebun-kebun dimana tanaman ini tumbuh.


Daun racun ini tumbuh liar di pekarangan rumah warga maupun di pinggir jalan di seantero Wonosalam. Bahkan tak jarang pula tanaman ini ditanam jadi pohon pembatas pagar maupun kebun durian dan kopi milik warga karena warnanya yang merah menyala. Cocok untuk penanda lokasi.


Tanaman kastuba sendiri berasal dari daerah sub tropis yang kemudian menyebar hingga daerah tropis. Cerita rakyat dari Amerika Selatan, mempercayai kastuba adalah tokoh utama dalam mitos penciptaan kepercayaan Suku Maya sebagai makhluk perkasa dari dunia lain. Selain Suku Maya, Suku Aztec juga menganggap kastuba sebagai simbol kesucian


Nama lain kastuba adalah poinsettia, diberikan oleh duta besar pertama Amerika Tengah untuk Meksiko, Joel Roberts Poinsett. Pak Duta Besar inilah orang pertama yang memperkenalkan bunga kastuba yang memang asli dari Meksiko ini sebagai tanaman hias di AS pada tahun 1825. Dari nama Poinsett milik Pak Duta Besar, sehingga tanaman ini pun dijuluki dengan Poinsettia.


Karena dekatnya julukan poinsettia dengan kata poison, mungkin dari sinilah sebutan tanaman daun racun berawal. Di Indonesia dikenal dengan daun kastuba, yang dekat pula dengan istilah tuba yang artinya racun. Rasanya ada benang merah dari kedua istilah ini, sehingga hipotesis awal mengenai asal muasal sebutan nama ini cukup masuk akal.


Di Meksiko daerah asalnya, tanaman ini bisa memiliki warna-warni yang mencolok pada daunnya sehingga banyak yang mengira jika daun berwarna merah milik kastuba adalah bunga. Memang, warna yang ada di tanaman ini bukan berada pada kelopak bunganya, melainkan daunnya. Tak heran, kastuba sangat menarik dijadikan dekorasi pemanis rumah maupun penghias warna di taman. 



Untuk ditanam di taman, tanaman kastuba sangat elok karena warnanya yang mencolok. Karena cantik warna daunnya, di negara beriklim sejuk kastuba digunakan sebagai tanaman hias pengganti bunga yang sulit didapat di musim dingin. Tanaman Kastuba bisa tumbuh di dataran tinggi maupun dataran rendah.



Bunga kastuba cocok tumbuh di tempat dingin, sehingga mudah ditemui saat bulan Desember yang bertepatan dengan momen Natal dan pergantian tahun. Karena cantik warna merah kombinasi hijau dari tampilan daunnya, tanaman ini pun menemani boxthorn dalam bingkai krans hiasan natal. Kesesuaian warnanya dengan tradisi natal membuat bunga ini menjadi pilihan yang hampir tak pernah dilewatkan untuk hiasan natal.

Krans Natal : Lihat yang merah, itu daun kastuba, bukan bunga!

Saat ditanam di daerah tropis, warna merah daunnya sering pudar, kemungkinan karena terlalu banyak terpapar panas matahari. Warna merah mencolok kastuba memang akan memudar jika ditanam pada daerah dengan ketinggian kurang dari 1.000 mdpl. Karena itulah, Kastuba banyak dibudidayakan di daerah dingin di Indonesia seperti di Puncak dan Batu, jadi ketika dikirim ke pedagang bunga di ibukota, warnanya akan memudar dan daunnya pun mengering, terlebih jika terkena sinar matahari langsung.


Karakteristik tanaman Kastuba yaitu :
  • Pohon kastuba tergolong tanaman perdu, dengan tinggi mulai 60 cm-4 m. Batang berkayu dan bergetah putih. Memiliki akar tunggang berwarna kuning
  • Bunga kastuba menyukai iklim sejuk-dingin, pertumbuhan terbaik pada ketinggian 700 meter di atas permukaan laut
  • Branchtea, artinya daun mengalami bentuk dan warna. Daun bagian atas ini kemudian disebut braktea. Daunnya berbentuk oval, berwarna hijau tua, panjang sekitar 7-16 cm. Daun muda berwarna merah menyala seperti bunga, dan berubah menjadi hijau bila sudah menua. Yang bisa dijadikan sayuran adalah yang berwarna hijau
  • Bunga tanaman kastuba kini tidak hanya berwarna merah saja. Ada yang pinkpink kemerahan, pink keunguan, putih polos, dan putih kuning kehijauan. Ini semua berkat perkembangan teknologi saat sampai di Eropa. Dari hasil pemuliaan itu, tanaman menjadi lebih pendek, daun lebih lebar, dengan warna daun pelindung yang bermacam-macam.
  • Pada tanaman ini, bunga muncul di ujung percabangan, disebut cyathium atau cyathia. Bunga tersebut bergerombol di ujung batang, tersusun menjadi rangkaian, tapi tidak mempunyai mahkota bunga.  Tinggi cyathium sekitar 1 sentimeter, berwarna hijau dengan taju merah. Kelopak bunga hijau kekuningan, mahkota kuning kemerahan. Tangkai sari merah jingga, kepala sari merah.
  • Buah berbentuk kotak dengan panjang 1,5 cm. Saat muda buah berwarna hijau dan menjadi coklat setelah tua
  • Pembudidayaannya bisa dilakukan dengan cara stek

Jangan takut dengan namanya, karena tanaman ini sejatinya mengandung banyak vitamin C, zinc, klorofil, kalsium, dan zat besi. Daun kastuba memiliki kandungan zat pada daun berupa alkaloid, saponin, lemak, amylodextrin, sedangkan pada batang mengandung saponin, sulfur, lemak, amylodextrin, asam format, dan kanji.

Kuliner Tradisional Khas Wonosalam : Nasi Jagung Sayur Daun Racunan


Khasiat Kastuba diantaranya menurunkan hipertensi, menormalkan siklus haid, menghentikan pendarahan (hemostatis), mempercepat penyembuhan tulang yang patah, menghilangkan bengkak, dan melancarkan keluarnya ASI. Efek farmakologis dari kastuba antara lain rasanya pahit, sepat, sifatnya sejuk, dan toksik. 


Bagian tanaman kastuba yang dapat digunakan sebagai obat adalah seluruh tanamannya. Khasiat lainnya juga sebagai perangsang muntah, sehingga saat mengolahnya sebelum dimasak, daun racun ini harus dicuci hingga bersih untuk menghilangkan getahnya. Pasalnya, jika masih ada getah yang tersisa pada daun atau tangkai, maka akan bisa menimbulkan mual dan muntah.


Dengan aneka khasiat yang dimilikinya, Daun Racunan pun bisa dijadikan obat herbal ;
  • Pemakaian untuk diminum : Siapkan daun kastuba sekitar 10-15 g lalu direbus
  • Pemakaian untuk penyakit luar : Radang kulit, eripelas, luka berdarah, bengkak karena terbentur (memar), dan bengkak karena tulang patah. Ambil daun kastuba segar secukupnya dan cuci hingga bersih. Kemudian tumbuk sampai halus dan tempelkan ke bagian yang sakit, lalu balut dan ganti 2-3 kali sehari. Hentikan jika timbul lepuh.
  • Untuk menyembuhkan luka pada kulit, cukup oleskan getah daun kastuba yang berwarna putih pada kulit yang terluka akibat jatuh atau goresan akibat benda tajam.
  • Pemakaian untuk melancarkan ASI dan menormalkan siklus datang bulan : Ambil bunga kastuba segar sebanyak 10g dan cuci hingga bersih. Kemudian rebus dengan dua gelas air hingga tersisa satu gelas saja. Setelah dingin, saring dan minum sehari dua kali, masing-masing setengah gelas. 


Khasiat daun bisa optimal bila daun tidak dimasak terlalu lama. Jika dimasak terlalu lama, khasiat daun hanya sebagai sumber mineral dan serat pangan yang bermanfaat untuk kesehatan saluran pencernaan.

Nasi Jagung Daun Racun

Karena banyaknya khasiat yang terkandung di dalamnya, daun racun bisa bisa disantap dan dimasak apa saja dan cocok dikombinasi dengan bahan lain sesuai selera. Mulai dijadikan sayur, botok, oseng-oseng, kotokan, bahkan dijadikan lodeh. Sayur daun racun sangat cocok jika dimakan dengan lauk ikan asin, tempe dan sambal terasi. Pun bila dikombinasi dengan nasi jagung khas Wonosalam jadi makin unik.

Berduet dengan Nasi Jagung khas Wonosalam

Resep memasak daun racun merupakan resep yang diwariskan dari nenek moyang, sehingga memasak sayur daun racun tidak boleh sembarangan. Ada cara khusus supaya sayur tidak menimbulkan racun jika dikonsumsi, seperti dengan yang disebutkan di atas, langkah pertama memang harus dicuci bersih.


Daun mudanya berwarna merah dan daun hijaunya tuanya yang nantinya digunakan sebagai sayur daun racun. Ada banyak kreasi kuliner daun racun. Beberapa diantaranya menjadi urap-urap, buntil, pepes brengkesan, oseng-oseng maupun lodeh kotokan. Berikut resepnya :
  • Buntil Daun Kastuba : Daun kastuba dimanfaatkan sebagai daun pembungkus. Buat bumbu isian dari parutan kelapa yang dicampur dengan teri medan, petai cina, serta bumbu yang terbuat dari bawang merah, bawang putih, ketumbar, cabai, terasi, kunyit, kencur, gula merah, dan garam. Lipatlah dan gulung daun kastuba kemudian ikat erat-erat dengan tali katun. Buat bumbu lodeh dengan santan, masukkan gulungan daun kastuba.
  • Urap-Urap Daun Kastuba : Daun dicuci bersih dan direbus tak terlalu lama. Setelah itu langsung bisa disantap seperti layaknya sayur bayam rebus dalam hidangan sambel pecel. Menyantapnya juga makin nikmat bila ditemani dengan aneka kreasi sambal seperti kelapa parut sebagai urap ataupun sambal-sambal lainya. Sambal terasi atau sambal durian khas Warung Ijo Wonosalam juga bisa, apalagi ditemani dengan nasi jagung dan ikan asin. Rasa daun kastuba lumayan gurih mirip dengan rasa daun singkong.
  • Oseng-Oseng Daun Racunan : Cara memasaknya juga sama dengan cara meramu oseng-oseng pada umumnya. Seperti pada lalapan, daun dicuci bersih dan direbus tak terlalu lama. Semua bahan diiris halus. Lalu siapkan panci rebus daun kastuba tambahkan garam rebus hingga empuk. Goreng kering ikan teri, angkat dan sisihkan. Tumis semua bumbu (bawang merah, bawang putih, jahe, tomat, cabai merah, rawit, lengkuas, dan salam) hingga harum.
  • Kotokan Daun Racun : Saat diramu menjadi kotokan daun racun, penampilan olahan daun kastuba ini tampak seperti sayur lodeh. Bahannya berupa : Tahu, tempe, lamtoro, kelapa muda parut, bawang putih, bawang mera, cabe rawit, cabe hijau, cabe merah, ikan teri, daun racun. Caranya yaitu daun racun disiram air panas sebentar saja, lalu diiris-iris. Masukkan bumbu dan dilengkapi dengan kencur, kunyit, dan daun jeruk purut secukupnya. Resep kotokan daun racun yang nikmat dan khas ini bisa disantap dalam bentuk riilnya di Warung Ijo Wonosalam, yang sudah sejak lama menyajikan kuliner tradisional kebanggan Wonosalam.


Kreasi kuliner kotokan daun racun juga akan diproyeksikan sebagai sajian wisata kuliner dalam paket wisata Argowayang di kawasan Wonosalam Selatan. Memang, destinasi paket Wisata Argowayang yang berupa tur keliling destinasi andalannya juga menyediakan makan siang bagi para pesertanya. Misalnya setelah berkeliling di Kampung Sapi Perah Galengdowo, bisa dilanjutkan makan siang dengan menikmati Nasi Sayur Daun Racun. Jadi judulnya : Setelah menikmati air susu dilanjut makan sayur kastuba. Xixixixi



PUra-Pura Ketawa : Agak stres dia setelah dengar namanya Daun Racun

Sajian wisata kuliner khas tradisional Lereng Anjasmoro yang bernama unik ini akan segera melengkapi khazanah kuliner Wonosalam yang sudah terkenal sebelumnya. Jadi jangan mundur karena namanya. Kuliner bernama unik nan menyehatkan ini, patut dicoba.

“Dasar kau daun racun, baru kenal sudah jadi sayur!” kok malah nyanyi seh.

Sayur Lodeh Daun Racun
Kuliner Tradisional Wonosalam
Bisa dinikmati di :
Warung Ijo Wonosalam
(Bu Dwi Asri - 081235480885)
dan
Paket Wisata Kuliner Argowayang
(Pak Endon - 085259005057)

0 komentar:

Posting Komentar