Terkenal sebagai kawasan penghasil Si Raja Buah, di Wonosalam makin marak aneka olahan durian sebagai bagian dari wisata kuliner di Lereng Anjasmoro. Sebut saja Jus Durian, Bakso Durian, Nasi Sambal Durian, Sup Durian, bahkan Durian Bakar. Nama terakhir ini mulai digemari wisatawan, selain karena rasanya yang unik, penampilannya yang cantik dan menjadi bentuk sensasi baru dari melahap buah durian.
Para penggila durian tentunya bertanya-tanya tentang kudapan satu ini. Bagaimana rasanya durian yang dibakar? Enak ‘kah? Dari penuturan orang-orang yang telah mencobanya, durian bakar punya rasa yang lebih manis dan creamy. Iya ‘kah?
Durian yang merupakan buah tropis, awalnya mulai populer disantap dalam bentuk dibakar dari inovasi Malaysia yang terkenal dengan aneka olahan duriannya. Tren ini pun merebak ke Thailand hingga Indonesia dan sampailah ke Wonosalam yang juga punya predikat sebagai penghasil durian.
Memang, ide mentransformasikan Si Buah Berduri menjadi sajian hidangan durian bakar di Wonosalam didapat dari pemanfaatan durian yang tak terlalu memiliki cita rasa unggulan. Adalah Kedai Rumah Durian Bu Sulami yang digawangi oleh Mbak Weni, yang menginisiasi varian durian bakar dalam salah satu menunya.
Sebagai penjual durian yang punya pengalaman lebih dari 30 tahun, Bu Sulami jelas sudah tahu durian mana yang punya rasa unggulan, durian mana yang enak dilahap langsung tanpa diolah, maupun durian yang punya rasa biasa-biasa saja yang kurang nendang dimakan ‘hidup-hidup’.
Bu Sulami : Maestro Durian Wonosalam |
Dari pemilahan ini, didapatlah durian yang punya rasa yang biasa-biasa saja dan yang tak layak jual dalam bentuk butir. Durian kurang unggulan itu kemudian dijadikan bahan baku pembuatan durian bakar di Kedai Rumah Durian Bu Sulami, sebuah lini bisnis baru pendamping Kios Durian Bu Sulami yang telah populer sebelumnya. Si Buah Berduri yang tak seberapa diminati penggila durian ini pun diolah menjadi kudapan baru berupa durian yang dibakar.
Pengolahan durian bakar cukup sederhana. Buah durian dikupas, lalu daging yang masih ada bijinya itu dipanggang di atas bara api. Sedangkan dalam pembakaran durian utuh, Si Raja Buah yang masih ada durinya diikat dan dibakar bulat-bulat di atas tungku arang. Setelah kulitnya menghitam dan merekah, isi dalamnya mengintip tandanya durian siap diangkat dan disajikan. Proses pembakaran ini mirip dengan membakar ubi. Bedanya durian harus diikat dulu supaya nanti saat matang, buahnya tak terlalu merekah karena nantinya rawan ambrol. Setelah diangkat, tunggu sejenak dulu supaya tak terlalu panas.
Saat dibakar, aroma durian 'hangus' bisa tercium, seperti layaknya kita membakar menu lain seperti sate. Membakar durian di atas panggangan mengakibatkan aroma dan rasa durian menjadi berkurang. Ibarat tomat, rasa asamnya jadi berkurang drastis setelah digoreng. Jadi jangan heran bila para penggila durian sejati merasa kehilangan marwah Sang Raja buah saat mencicipi durian bakar, karena tak lagi punya aroma dan rasa yang menonjok layaknya melahap durian ‘hidup-hidup’.
Aroma tajam durian yang hilang, cocok sebagai alternatif orang yang tak terlalu suka durian tapi tetap ingin mencicipi sensasi makan Si Raja Buah. Kok lalar gawe seh?. Beberapa penggila durian ada yang menganggap membakar durian merupakan bentuk ‘kriminalisasi kuliner’ yang jelas-jelas mengurangi kelezatan alaminya dan menghilangkan marwah duriannya.
Karena rasanya yang telah kehilangan marwah inilah, durian bakar perlu diberi garnish dan bumbu untuk melengkapi rasa durian yang kadarnya telah menyusut. Durian kemudian diolesi mentega seperti bumbu saat memanggang jagung bakar, lalu ditambahkan sedikit perasa yang berasal dari sari buah naga merah untuk citarasanya. Bumbu sederhana ini digunakan untuk mengimbangi kepahitan rasa karbon alias gosong yang timbul akibat pembakaran.
Potongan buah naga, avokad, manggis, jeruk dan kelapa segar, dibubuhkan di sampingnya untuk menemani Sang Raja Buah demi memberikan citarasa baru yang menetralisir rasa durian yang telah dibakar. Tak lupa nasi ketan ditambahkan sebagai pelengkap sajian.
Aneka garnish |
Menemani Sang Raja dalam singgasananya |
Dari penampilan barunya ini, Durian Bakar bergarnish seperti menjelma menjadi Salad Berdurian atau salad buah yang mengandung durian. Buah-buahan pendamping durian ini pun tak memiliki pakem khusus, dan bisa digantikan dengan yang lain ketika musimnya telah berlalu. Misi buah-buahan pendamping ini hanyalah satu yaitu menemani Sang Raja dalam ‘singgasananya’.
Saat Jombang City Guide mencicipinya, ada sensasi rasa yang menarik. Citarasa durian bakar unik ini jadi mirip seperti ketika kita menyantap ayam panggang atau jagung bakar. Mungkin rasa gurih ini muncul karena olesan mentega saat pembuatannya. Dari sinilah Jombang City Guide baru sadar fungsi nasi ketan dalam menu Durian bakar ala Rumah Durian Bu Sulami. Eksistensinya, seakan menjadi pengiring 'lauk' durian bakar seperti kita menyantap nasi dan lauknya dan buah-buahan ini merupakan 'lalapannya'.
Dari segi ditarasa, durian bakar dengan citarasa gurih Rumah Durian Bu Sulami jelas berbeda dengan durian bakar ala Cafe Love Gym yang pernah Jombang City Guide cicipi sebelumnya. Bila di sana menawarkan durian bakar dengan topping ala salad dengan rasa manis, maka durian bakar Rumah Durian Bu Sulami punya pembeda dari tampilan beserta citarasanya yang gurih seperti barbekyu.
Incip baca bismillah dulu yes |
Daging yang hangus berasa seperti makan ayam panggang |
Memang, berbeda dengan banyak penjual durian bakar yang sekedar menyajikan Sang Raja dalam piring atau wadah layaknya sajian pada umumnya, Durian Bakar ala Rumah Durian Bu Sulami disajikan dalam kulit buahnya langsung sehingga tampilannya menjadi begitu mempesona. Meski telah kehilangan ‘marwahnya’, namun ‘singgasana’ Sang Raja masih dipertahankan dalam presentasinya.
Penggunaan kulit durian sebagai wadah santapan bukan tanpa sebab sebelumnya. Awalnya, Mbak Weni selaku inisiator Durian Bakar Bu Sulami menyajikan durian bakar dalam piring rotan seperti hidangan lainnya. Kemudian datanglah wartawan yang meliput durian bakar ini yang punya ide untuk mempercantik tampilannya dengan menggunakan kulit durian asli. Dengan penggunaan kulit durian ini, penyantapnya seakan tak akan kehilangan citarasa khas dari Sang Raja dan identitas Si Buah Berduri tetap terjaga.
Karena tampilan yang cantik nan unik inilah, Durian Bakar Bu Sulami buatan Mbak Weni kebanjiran order hingga kewalahan melayani pelanggan di warungnya. Selain durian bakar yang disajikan seruas, ada pula varian durian bakar dalam bentuk utuh yang dibakar bulat-bulat sebelum dikupas.
Meski pembuatan durian bakar hanya butuh waktu sekitar 5 menit, namun aktivitas pasca pemanggangan berupa menghias garnishnya menjadi cukup merepotkan saat pengunjung yang penasaran dengan cantiknya durian bakar datang berbondong-bondong.
Jadi bagi siapa saja yang mau incip durian bakar langsung dari ‘singgasananya’, monggo langsung datang ke warung Rumah Durian Bu Sulami di Jalan Arjuno, Desa Sumber, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang. Di sana tak hanya ditawarkan menu-menu seputar olahan durian seperti jus durian dan kolak ketan durian, tapi juga makanan khas Wonosalam lainnya seperti nasi jagung, nasi tiwul, dan aneka sate.
Warung yang buka sejak Februari 2019 ini cukup nyaman tempatnya. Yang begitu spesial adalah kolak ketannya yang menggunakan beras ketan warna hitam. Jus Durian juga dapat dinikmati di sini, Bayi Jombang City Guide yang penggila durian langsung kegirangan.
Yang menarik, dinding di salah satu sisi dilengkapi dengan wallpaper berupa spanduk bergambar kebun durian yang ranum. Jadi seakan-akan pengunjung yang bersantap di sini seperti berada di tengah kebuh durian yang siap petik. Lumayan lah buah foto selfie. Xixixixixi………..
Kedai Rumah Durian Bu Sulami
Jalan Arjuno, Desa Sumber,
Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang
Buka setiap hari pukul 08.00 WIB - sore
Wenny - 085546768860
0 komentar:
Posting Komentar