Destinasi kuliner baru kembali hadir di Wonosalam, judulnya Bukit Durian. Menu yang disajikan mungkin hampir sama dengan warung-warung lain di Wonosalam yang menawarkan pilihan sajian ndeso. Berkisar nasi jagung, aneka lalapan, ikan, iwak kali, bahkan sayur lompong yang akhir-akhir ini agak menanjak popularitasnya.

Kolak Ketan Durian ala Bukit Durian Wonosalam

Kolak ketan durian jelas tak bisa ketinggalan sebagai identitas Lereng Anjasmoro. Tapi tetap, ada dua menu tambahan yang spesial, yang berasal dari protein dari laut yaitu gurita dan cumi. Bila memilih dua menu laut ini, makan di Bukit Durian seperti andok di pegunungan dengan sajian bahari. Hehehhehee.........


Ciluk....

Ba!

Wisata kuliner di Bukit Durian, ditawarkan dengan sajian prasmanan, jadi para pengunjung bisa memilih sendiri makanan apa yang ingin mereka santap. Selain itu, ada banyak pilihan makanan ringan, mulai aneka snack, kopi murni wonosalam, minuman teh rasa-rasa, es krim, madu, dan es krim buah buatan Wonosalam : Es Krim Delyka yang Jombang City Guide suka sekali karena keasliannya. Bahkan ada pula salak pondoh dan durian lokal Wonosalam, asal belum habis dibeli pembeli lainnya.




Durian Simas Wonosalam

Aneka Snack


'Touch Screen'

Waaah ada es krim Delyka!

Sayangnya, meski mengusung unsur Sang Raja Buah dalam judulnya, di Warung Bukit Durian ini belum ada ivovasi menu khusus yang benar-benar revolusioner dalam olahan makanan dari Si Kulit Duri ini. Es Krim Delyka rasa durian tersedia, kolak ketan juga ada. Tapi sayangnya belum ada olahan durian yang benar-benar baru bin inovarevolusioner atau entah lah apapun istilahnya. Jadi rasanya belum ada magnet yang benar-benar menyedot pengunjung untuk wajib mencicipi sesuatu di sini.

Menu nDeso dan Sajian Bahari

Balapan Makan

Kamuflase yang apik





Tapi, yang paling menarik dari destinasi kuliner ini adalah lokasinya yang masih baru, bersih dan indah karena dilengkapi dengan taman dan beberapa gazebo yang cukup untuk menampung banyak pengunjung. Jadi bisa dikatakan lokasi andok ini berkonsep jujugan keluarga yang juga bisa dijadikan tempat berfoto yang apik, cuci mata dan rest area yang nyaman.







The Real Cuci Mata



Ibukku nanyakkkk : "Ini ikannya dipilih trus digoreng, kah???"
Hahhahahahahaha

Pagi, belum ramai



Lahan parkirnya pun luas, jadi bisa menampung banyak kendaraan yang kebanyakan wisatawan dari luar kota yang tersedot arus ‘durianisasi’ Wonosalam. Sayangnya, tak banyak dari mereka yang mungkin membekali diri dengan berbagai info dan mungkin pembacaan peta sehingga tak jarang mengira Bukit Durian adalah De Durian Park milik adiknya Cak Nun itu. Padahal, De Durian Park itu ada di Segunung, desa sebelah.

Lahan parkir luas



Lokasi Bukit Durian berada di Jalan Welirang, Dusun Sumber, Desa Wonosalam, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang. Ancer-ancer gampangnya, seberang samping Wonosalam Training Center. Bukit Durian Wonosalam bahkan bisa dikatakan ada di seberang Wisata Patak Banteng yang entah bagaimana kabarnya sekarang, padahal Jombang City Guide belum sempat berkunjung. Dekat pula dengan Villa Agro yang masih dalam taraf pembangunan. Lebih jelasnya pantau gmaps.

Ada yang ikut bergaya

Bisa lari2






Lari2 sepuasnya



Lumayan, bisa berfoto ria karena tempatnya bagus. Mengambil gambar di gunungan wayang yang ikonik bisa jadi penanda kalau sudah mampir ke sini. Bukit Durian, buka sejak Desember 2019 yang ingin juga memeriahkan Wonosalam dalam perhelatan festival durian akbar berupa Kendurenan yang diadakan tiap tahun. Buka setiap hari mulai pukul 09.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB. Bukit Durian, lokasi baru yang tetap menarik untuk dikunjungi.

 

Bukit Durian Wonosalam
Jalan Welirang, seberang Wisata Patak Banteng
seberang samping Wonosalam Training Center
Dusun Sumber, Desa Wonosalam,
Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang



Dalam Prasasti Poh Rinting dinyatakan bahwa Dang Acaryya membuat permohonan kepada raja dan Sang Prabu pun mengabulkannya, dengan menetapkan Desa Poh Rinting yang memiliki bangunan suci dimana masyarakat desa setempat berkewajiban untuk memeliharanya.

Tanggal Prasasti Poh Rinting dikonversikan oleh Damais (1955) dengan tanggal 23 Oktober 929 Masehi. Prasasti Poh Rinting, ditemukan di Dusun Glagahan, Desa Glagahan, Kecamatan Perak,Kabupaten Jombang yang saat ini sudah diboyong dan disimpan di Museum Purbakala di Trowulan dengan nomor inventaris 82.


Tak dijelaskan lebih dalam bangunan suci jenis apa yang tertera di Prasasti Poh Rinting. Namun, tahun 1980an ditemukan candi yang terbuat dari batu bata merah. Ukuran candi sekitar 2,6m x 2m dengan beberapa batu bata berukir yang sudah dibawa peneliti arkeologi Jatim ke Trowulan. Melihat bentuknya, candi ini diperkirakan berjenis petirtaan mirip Candi Tikus dan Situs Sumberbeji.


Karena ditemukan di Desa Glagahan, maka Candi ini disebut Candi Glagahan dan telah terdaftar sebagai benda cagar budaya oleh BPCB. Candi Glagahan ditemukan di belakang rumah Ibu Tonah, yang juga bersebelahan dengan makam. Diperkirakan, Candi Glagahan dibangun di era Mpu Sindok berdasarkan Prasasti Poh Rinting yang sudah menyebutkan adanya bangunan suci yang harus dipelihara penduduk setempat atas permohonan Dang Acaryya.


Kala itu, Candi Glagahan Sempat dieskavasi tahun 1981 yang kemudian ditutup kembali sekitar tahun 1985. Seperti tampak pada potret, anak terkecil yang ada dalam foto kini sudah membangun keluarga sendiri dan setidaknya sudah memiliki dua anak. Tak dijelaskan tahun berapa potret Candi Glagahan yang ada ini diambil, diperkirakan foto ini diabadikan diantara kala Candi sudah berhasil dieskavasi dan sebelum diurug kembali.


Saat ditemukannya Candi Glagahan, animo masyarakat begitu tinggi hingga selalu dipenuhi oleh pengunjung yang ingin melihat penemuan baru ini. Mereka tampak senang dengan penemuan benda purbakala yang ada di Jombang, hingga akhirnya sempat menjadi destinasi wisata dadakan.

Lihat itu di atas, heboh kan. Awas mbrosot lho

Namun, animo masyarakat yang tinggi kala itu juga dibarengi oleh para pencari wangsit yang kerap melakukan ritual dan semedi di Candi Glagahan, hingga meresahkan warga sekitar. Tak jarang aktivitas mereka mungkin dinilai cukup mengganggu sehingga akhirnya Candi Glagahan diputuskan untuk diurug kembali tahun 1985.

Kini kondisi Candi Glagahan tak lagi bisa dikenali karena sudah terkubur di dalam tanah. Hanya warga setempat saja yang tahu dimana lokasi tepatnya. Yang jelas sisa urugan pun sudah tak terlihat setelah berlalu beberapa dekade lamanya, meski beberapa 'spesimen' batu bata berukir motif bunga dan daun yang sangat cantik sudah diamankan di Museum Trowulan untuk sampel.



Baru-baru ini dinas terkait kebetulan berencana untuk melakukan restorasi Candi Glagahan. Namun kehebohan penemuan Candi Petirtaan Sumberbeji agaknya menggeser rencana tersebut hingga harus tertunda lagi. Sepertinya Candi Glagahan harus bersabar lagi untuk dimunculkan kembali ke permukaan.

Jombang City Guide belum berhasil mengunjungi lokasi candi ini. Doakan semoga segera diberi kesempatan untuk mengambil gambarnya, meski sudah tak terlihat bentuknya sama sekali. Namun, menjadi sesuatu yang makin menarik dimana ada penemuan baru yang juga ada di Glagahan Perak yang diperkirakan merupakan banteng struktur yang ada sebelumnya, atau bekas pemukiman kuno yang mungkin merupakan sisa jejak masyarakat yang diamanati untuk memelihara bangunan suci yang disebutkan dalam Prasasti Poh Rinting.

Besar harapan Jombang City Guide, di tengah ramainya penemuan benda purbakala di Jombang akhir-akhir ini, hendaknya pemerintah dan pihak BPCB bisa segera mengeskavasi ulang Candi Glagahan yang juga tak kalah menariknya dengan penemuan lainnya.

Tapi, bisa jadi masih ada bangunan suci lain yang terkubur dan belum terkuak di Glagahan??? Mungkin saja.


Candi Glagahan
Samping Makam, Belakang Rumah Bu Tonah
Dusun Glagahan, Desa Glagahan
Kecamatan Perak, Kabupaten Jombang



Btw, Apriliya Oktavianti  dari situsbudaya.id monggo kopas-kopas sepuas-puasnya ya. Nanti silakan pura-pura lupa cantumkan sumber seperti biasanya, 'kan ya??? Haseeek, hasek hasek haseeeekkk!!!