“Setiap Ahad pagi setelah pukul enam tepat, kami selalu rajin nyanggong di depan rumah untuk sweeping jajan gonceng. Bangun sepagi mungkin supaya siap untuk nyegat jajan gonceng, karena telat sedikit, jajan goncengnya sudah habis.”
Itulah kenangan yang tertancap di memori Jombang City Guide tentang Jajan Gonceng yang setiap hari lewat di depan rumah saat kami masih sekolah dasar dulu. Berhubung masih sekolah dan siapapun paham betapa ruwetnya suasana pagi sebelum berangkat, jadi kesempatan nyegat jajan gonceng itu hanya bisa dilakukan di Ahad pagi.
Jajan Gonceng, begitulah kami menyebutnya, adalah kue-kue yang dijajakan setiap pagi dalam sebuah rengkek yang biasanya diletakkan di belakang sepeda atau sepeda motor yang dikendarai oleh bapak-bapak penjualnya. Berhubung diletakkan di belakang sepedanya, sehingga seakan dibonceng oleh penjualnya, sehingga kami menyebutnya Jajan Gonceng.
Rombong rengkek yang dibonceng itu bisa berwarna-warni, ada merah, hijau, biru, pink atau kuning. Jarang ada yang putih, karena biasanya untuk membedakan mereka dengan penjual roti keliling. Biasanya rombong rengkek kue ini diletakkan di bagian belakang sepeda, atau sepeda motor tergantung kepemilikan bapak penjualnya.
Memang, setiap pagi banyak penjual keliling di Jombang. Rasanya tak hanya di Jombang saja, tapi juga di kota-kota lain. Namun memang Jombang punya beberapa jenis makanan yang dijajakan lewat goncengan, seperti Pecel Rengkek, dan Lijo Penjual Sayur Keliling. Penjual-penjual ini menghiasi pagi Kota Santri tercinta. Dan penjual jajan gonceng adalah salah satunya yang sering kami sweeping ketika pagi.
Secara pribadi, Jombang City Guide lebih suka nyegat yang naik sepeda kayuh, karena jalannya tidak terlalu cepat sehingga mudah dipanggil. Sedangkan yang naik sepeda motor, biasanya was wes was wes jalannya, sehingga saat dipanggil kadang mereka tidak kedengaran. Dan mereka pun tetap melaju dengan kencangnya….
Bapak-bapak penjual tersebut ngiter dan menyebar ke seluruh Jombang di pagi hari untuk menjajakan dagangannya. Dan warga Jombang yang lapar pagi-pagi, yang sedang olahraga santai, ataupun ibu-ibu yang ingin membelikan anak-anaknya kue adalah pangsa pasarnya.
Olah Raga Pagi Santai |
Kue-kue yang dijual kebanyakan kue tradisional seperti onde-onde, ote-ote, kue lapis, pastel, lemper, gethuk, klepon, roti goreng, getas, pethulo, serabi, risoles, lumpia, tahu isi, tahu brontak, kue thog, kue talam, apem, jemblem, nagasari, bakpau, dan masih banyak lagi.
Ukuran kuenya juga tidak terlalu besar, mungkin dicocokkan dengan mulut anak-anak yang mungil dan kapasitas perut mereka yang menthik. Karena ukurannya yang kecil, harganya pun juga terjangkau, berkisar Rp. 1000,- sampai Rp. 2000,-. Selain menjual kue, di bagian bawah rombong rengkeknya juga dijual aneka krupuk dan keripik, serta nasi dan mie yang cocok untuk sarapan.
Usut punya usut, rupanya kue-kue ini dibuat oleh satu produsen, dan para penjual gonceng ini yang menjajakannya. Dulunya, sebelum ngiter ke seluruh Jombang, mereka berkumpul di perempatan Stadion Merdeka, persimpangan Jalan Merdeka (Gus Dur) dan Jalan Hayam Wuruk untuk berkoordinasi maupun mengalokasikan kue ke tiap rombongnya. Jadi bila malam, perempatan itu digunakan untuk berjualan Pethulo Klanting oleh Pak Yadi dan keluarganya, bila pagi digunakan untuk base camp para penjual jajan gonceng sebelum mereka terjun ke medan laga.
Sayangnya, pemandangan riuhnya para penjual jajan gonceng itu sudah tidak bisa disaksikan lagi. Karena itulah Jombang City Guide tidak bisa menampilkan potretnya di sini.
Ini disebabkan, karena para penjual jajan gonceng ini sudah banyak beralih profesi, selain karena faktor usia dan modernisasi. Alih profesi yang banyak dilakukan oleh bapak-bapak penjual kue keliling ini diantaranya menjadi penjual pentol keliling. Sepertinya persaingan dunia usaha di lini kue menjadi penyebabnya, salah satunya menjamurnya kios-kios kue di berbagai penjuru Jombang sehingga penjualan kue keliling ini agak menurun penjualannya. Lama kelamaan, karena penjualan yang terus menurun akhirnya beralih profesi karena berjualan kue dirasa tidak lagi menguntungkan.
Pagi ini, Jombang City Guide tak sengaja berjumpa dengan seorang penjual kue yang tersisa. Ibu Jajan Gonceng yang kini berjualan karena suaminya tidak lagi aktif. Karena faktor usia pula, Bu Penjual kue gonceng ini tidak lagi mengayuh sepeda-rengkek kuenya, dan memilih untuk menuntunnya saja. Beliau menjajakan kue goncengnya, -yang tidak lagi digonceng tapi dituntun- di sekitar Jalan Gus Dur, karena sudah tidak mampu berjalan jauh.
Menuntun Jajan Gonceng |
Jombang City Guide yang suka sekali dengan kue-kue ini langsung memilih kue dan membeli nasi kuningnya. Princess Dija, kebingungan memilih kue mana yang ingin dimakannya, saking senangnya karena suka semuanya.
Serunya memilih kue |
Sayangnya, saat kami memilih kue, varians kue yang dijajakan tidak lagi sevariatif seperti yang kami ingat. Hanya ada onde-onde dan beberapa macam gorengan. Meski demikian, kami tetap suka dan memborong beberapa kue untuk dibagikan ke kerabat, karena memang Jombang City Guide pecinta jajanan tradisional. Hehehhee………
Saat bercakap-cakap dengan Ibu Penjualnya, beliau sedikit curhat bahwa memang penjualan kuenya menurun sehingga produsennya juga mengurangi produksi variasi kue. Dan ibu penjualnya ini adalah salah satu yang masih survive menjual jajan gonceng. Sayang sekali ya…
Penikmat jajan gonceng yang sezaman dengan Jombang City Guide pasti juga rindu dengan aneka jajanan yang ditawarkan di setiap rombong Jajan Gonceng yang berkeliling Jombang setiap pagi.
Biasanya Bu Jajan Gonceng ini setiap pagi berhenti sejenak di depan Apotek Merdeka, untuk menjajakan kuenya. Jadi mungkin kerinduan itu bisa terobati dengan membeli kue Jajan Gonceng, bukan????
Suasana Pagi Jalan Merdeka / Jalan Gus Dur |
Ayo-ayo ke depan Apotek Merdeka buat beli kue-kue gonceng ini…. Ibu penjualnya cuma berhenti sebentar lho... Hehehhe…………..
Kue –Kue Tradisional Jajan Gonceng
Berkeliling sekitar Jalan Merdeka
Setiap pagi pukul 06.00 WIB
Biasanya berhenti sejenak di depan Apotek Merdeka
0 komentar:
Posting Komentar