Menurut KBBI, penulisan yang benar adalah Gua, bukan Goa Dan harusnya ditulis 'ke arah', bukan 'kearah' |
Wana Wisata Gua Jepang Alas Gedangan Mojoagung memang menyajikan dua jenis wisata sekaligus. Pertama adalah wisata sejarah gua tentara Jepang yang dulunya merupakan tempat persembunyian senjata Nippon. Kedua, wisata panorama hutan dan jurang yang bisa dijadikan tempat pemotretan ataupun foto selfie. Spot selfie dengan view jurang, sudah dibahas Jombang City Guide di postingan Cuci Mata di Wana Wisata Gua Jepang.
Sejak dibuka untuk umum sekitar awal 2017 lalu, pengunjung memang lebih banyak meakukan foto selfie di beberapa gardu pandang yang sudah disediakan. Sedangkan wisata sejarahnya yang berupa guanya sendiri, sedikit terlupakan.
Di dekat Area Selfie Gua Jepang, sudah ada papan penunjuk arah dan jalan kecil menuju ke gua. Jangan harap ada trotoar yang apik dan unyu-unyu seperti di Ekowisata Banyumili ketika menyusurinya. Jalannya terjal dan curam, rawan mbreseti pula. Jadi kunjungan langsung ke spot gua-nya mungkin tidak direkomendasikan untuk membawa anak kecil.
Memang, lokasinya cukup sulit dicapai meski pihak Perhutani sudah cukup memangkas pepohonan yang menghalangi jalan ke lokasi. Karena medan yang terjal dan cukup mbreseti, sehingga wisata Gua Jepangnya sendiri jarang yang mengunjungi.
Gua Jepang, hampir sama seperti gua-gua pada umumnya yang merupakan ceruk atau lubang yang berada di kaki bukit atau pegunungan. Di depan gua ada sungai kecil yang mengalir jernih yang sepertinya bisa dijadikan wahana kecek mengingat masa kecil yang terlalu bahagia.
Di dalam Gua Jepang Alas Gedangan sendiri tidak terdapat stalaktit dan stalakmit layaknya Gua Maharani yang terkenal itu. Meski hanyalah sebuah gua biasa, namun nilai sejarahnya yang luar biasa. Sebagai tempat persembunyian, tentunya Gua Jepang letaknya juga harus tersembunyi sehingga tidak mudah ditemukan siapapun.
Gua Jepang ini awalnya ditemukan oleh petugas Perhutani yang sedang menjelajah hutan lindungnya. Tak sengaja ketika ‘mbabat alas’, petugas tersebut menemukan sebuah liang yang cukup sulit dimasuki. Curiga atas penemuannya, dengan berhati-hati petugas tersebut memasuki liang yang hanya cukup dimasuki satu orang itu.
Tak disangka ketika masuk ke dalamnya, gua itu begitu besar dan cukup untuk banyak orang. Selain itu ditemukan juga beberapa perlengkapan persenjataan yang berlabel matahari, sehingga dipastikan dulunya milik tentara Jepang.
Indonesia atau ex-Hindia Belanda, ketika itu memang tidak ikut serta dalam Perang Dunia Kedua. Namun, sebagai jajahan Jepang, Indonesia harus berpartisipasi dalam suplai amunisi senjata dan berbagai kelengkapannya. Salah satunya programnya dengan menanam pohon jarak sebanyak-banyaknya untuk minyak pelumas persenjataan.
Karena seluruh lahan ditanami pohon jarak untuk kepentingan peperangan, sehingga tidak ada padi atau bahan makanan yang bisa dimakan. Sehingga paceklik sandang dan pangan sempat dilanda Indonesia kala itu.
Masih ingat kisah almarhum Kakek Jombang City Guide yang mengenang pilunya penjajahan Jepang kala itu. Kala itu, kapas untuk serat tekstil tidak lagi ditanam, karena semua lahan dipakai untuk menanam jarak. Akhirnya untuk memenuhi kebutuhan sandang, semua jenis bahan dipakai termasuk goni yang banyak kutunya itu dan karet yang naudubilah berat dan panasnya. Beliau ingat betul betapa gatalnya memakai celana dari bahan goni, dan baju dari bahan karet karena sulitnya mendapatkan pakaian. Jepang mah mana ngurus, yang penting perang, perang, perang!
Karena seluruh lahan ditanami pohon jarak untuk kepentingan peperangan, sehingga tidak ada padi atau bahan makanan yang bisa dimakan. Sehingga paceklik sandang dan pangan sempat dilanda Indonesia kala itu.
Sebagai jajahan yang wilayahnya paling dekat dengan Samudera Pasifik, tentara Jepang sepertinya menggunakan Indonesia sebagai transit. Rupanya, setelah penemuan banyaknya persenjataan yang disimpan di gua-gua Indonesia, yang salah satunya di Alas Gedangan Mojoagung-Jombang, Indonesia juga merupakan tempat penyimpanan amunisi.
Setelah ditemukannya gua gudang senjata ini, kemudian pihak Perhutani membersihkan lokasi dan menjadikannya tempat wisata. Di dalam gua sendiri tak luput dari pembersihan, dan senjata-senjatanya kini sudah disimpan sebagai salah satu warisan sejarah kelam penjajahan Jepang di bumi pertiwi.
Menurut penuturan Mbah Nduk yang merupakan salah satu pengelola, pihak pengelola wisata Gua Jepang ini pun memberikan alas duduk berupa karpet ataupun tikar di dalamnya. Karena sudah bersih, para pengunjung bisa duduk di dalamnya dan merasakan suasana di dalam gua.
Mbak Nduk |
Sebenarnya bila ditelusuri lebih lanjut, Gua Jepang ini masih memiliki banyak lorong yang panjang. Kedepannya, pihak pengelola dan Perhutani mungkin akan melakukan jelajah gua untuk mengetahui sejauh mana gua ini bermuara.
Dua Manusia pemegang ijin Departemen Pengesahan dan Perizinan Jombang City Guide |
Jombang City Guide belum sempat mampir ke Gua ini secara langsung karena Departemen Pengesahan dan Perizinan belum memberikan persetujuan. Mungkin bila adik bayi sudah besar, Jombang City Guide akan menjalankan niatan ini supaya segera bisa menyajikan foto dan liputan yang lebih akurat. Doakan.
Selain itu, penulisan Goa untuk nama Goa Jepang sebenarnya kurang tepat. Dalam KBBI, tidak ada istilah Goa. Yang ada adalah 'Gua', yang artinya ceruk atau lubang yang ada di lereng gunung atau bukit. Sehingga penulisannya sebenarnya adalah Gua Jepang, bukan Goa Jepang.
Pentingnya koreksi ini selain sebagai bentuk edukasi pada generasi muda supaya tidak menimbulkan kebingungan, juga mengingat banyaknya lokasi wisata gua yang ada di Jombang seperti Gua Sriti, dan Gua Sigolo-Golo. Mungkin pihak pengelola belum aware dengan ejaan ini, semoga kedepannya bisa segera dikoreksi.
Btw, Gua ini bukan istilah yang artinya aku dalam bahasa Jakarta-an lho ya. Jombang masih dalam wilayah Jawa Timur sehingga terpengaruh bahasa Suroboyoan. Nanti kalau ngomong gua-gua bisa dimaki Boyo-e Cak Ikin lho ya. Xixixixi....... |
Sambil menunggu hasil realisasi jelajah gua lanjutan yang dilakukan pengelola dan Perhutani, Jombang City Guide berdoa, supaya ujung gua bisa ditemukan. Atau mungkin tiap lorong gua bisa saling terpaut. Besar harapan Jombang City Guide gua ini mirip dengan Kaymakli yang ada di Turki, sehingga bisa menjadi destinasi wisata gua ala The Flinstones. Semoga saja. Aamiin aamiin Yaa Robbal Alamin..
Jombang City Guide
0 komentar:
Posting Komentar