Jika Manggis terkenal sebagai Ratu Buah-Buahan, mana Durianlah Rajanya. Si Raja Buah ini merupakanbuah tropis yang bentuknya khas dengan duri-duri pada kulitnya. Wajarlah dinamai ‘Durian’, karena kulitnya mengandung banyak duri, seperti halnya rambut-rambut pada ‘Rambutan’.
Durian memang membagi dengan jelas tipe manusia menjadi dua kubu yang sangat berseberangan, antara manusia yang sangat tidak suka durian, dan manusia yang sangat menggilai durian. Heheheh....
Sebagian orang yang menggilainya (Jombang City Guide termasuk dalam kubu ini), katanya baunya benar-benar wangi, harum semerbak kemana-mana. Sedangkan bagi sebagian yang lain (yang anti-durian), katanya baunya sangat menjijikkan, seperti ‘basin’. Heh???? Kok bisa ya??? Allahuakbar.
Indonesia adalah salah satu negara Asia Tenggara penghasil buah berduri ini, bersama Thailand dan Malaysia. Berbagai daerah di Indonesia memang terkenal dengan komoditas Duriannya, termasuk Wonosalam yang berada di Lereng Anjasmoro. Tiap daerah punya ‘spesies’ duriannya masing-masing dan Jombang punya ‘Si Bido’.
Selama ini, Kecamatan Wonosalam terkenal sebagai penghasil durian kebanggaan Jombang. Kondisi geografis di Lereng Anjasmoro, dengan kontur tanah merah mendukung suburnya lahan sehingga memungkinkan Wonosalam jadi wilayah penghasil Si Raja Buah yang berkualitas. Entah mengapa demikian, bisa jadi kandungan mineral dalam tanah serta cuaca-iklim Wonosalam yang bersinergi dengan citarasa ajaib Durian Bido.
Varietas unggulan Bido, bahkan digadang-gadang sebagai saingan Durian Monthong dari Thailand. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya bahkan sedang melakukan pengembangan Durian Bido Wonosalam yang menghasilkan pemuliaan Si Raja Buah khas Wonosalam yang tak kalah besar dan tebal dibanding Durian Monthong dengan rasa yang lebih lezat.
Dari pemuliaan ini, didapat bibit durian bido yang memiliki umur yang lebih panjang. Umumnya, Durian Monthong berusia maksimal 15 tahun. Sedangkan Durian Bido Wonosalam bisa berusia 200 tahun. Memang, pohon durian bido di Wonosalam kebanyakan merupakan warisan nenek moyang sejak zaman penjajahan Belanda yang usianya lebih dari ratusan tahun.
Oleh pemerintah, Durian Bido bahkan sudah ditahbiskan sebagai varietas unggulan yang ditandai dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Pertanian No.340/Kpts/SR.120/5/2006 sehingga daerah lain tidak akan bisa mengklaim Durian Bido sebagai duriannya.
Durian Bido Wonosalam, merupakan durian endemik Lereng Anjasmoro yang kini keberadaannya sangat langka dan diburu para penggila durian. Karena kelangkaan ini, tak heran harganya cukup menjulang. Biasanya dibanderol sekitar seratus ribu rupiah per butirnya. Jika kurang dari itu, maka patut diragukan keasliannya.
Sebagai tanaman endemik, pohon Durian Bido sulit bahkan nyaris tidak bisa ditanam di daerah lain. Mungkin bisa ditanam dan tumbuh, namun rasanya dan sifatnya tidak akan bisa sama persis dengan indukan di daerah asalnya.
Durian Bido umumnya digunakan untuk menyebut nama durian lokal unggulan Wonosalam. Biasanya, penduduk Wonosalam akan mengklaim duriannya sebagai durian Bido padahal tak semua durian lokal Wonosalam adalah varietas Bido. Jadi jangan salah pilih durian bido dan belilah dari penjual terpercaya. Disarankan langsung beli dari petaninya atau beli di penjual durian yang terpercaya.
Adapun, satu pohon durian bahkan bisa menghasilkan rasa yang berbeda-beda. Perbedaan rasa ini bukan disebabkan obat perangsang pertumbuhan, pupuk khusus apalagi rekayasa genetika. Akan tetapi murni karena kesuburan lahan di Lereng Anjasmoro.
Bijinya sangat kecil dibandingkan keginuk-ginukan dagingnya |
Memang, Durian Bido punya keunikan susah persis seperti induknya saat ditanam dari biji buahnya. Sedangkan bijinya begitu kecil, hampir tak ada. Bila ingin melanjutkan sifat yang sama dengan induknya, biasanya penduduk wonosalam memilih jalan stek untuk pengembangbiakannya untuk menjaga rasa indukan tetap bertahan.
Biasanya, anakan durian bido punya sifat yang berbeda dengan induknya. Entah hilang rasa pahitnya dan hanya meninggalkan manisnya saja, atau malah ada pula yang berubah bentuk jadi berlekuk lonjong ala durian simas dan durian montong. Wah harusnya ini malah bisa jadi spesies baru ya??? Jombang City Guide boleh kasih nama, ‘kah??? Hehehehhe…
Karena nilai ekonomisnya yang makin tinggi, para petani kini kembali membudidayakan Durian Bido dan meremajakannya setelah pohon durian bido peninggalan nenek moyang yang sudah berusia lebih dari ratusan tahun makin langka dan menurun produktivitasnya.
Durian Bido dari Jombang ini punya ciri khas tersendiri. Menurut para pakar, Durian Bido ini punya ciri khas diantaranya :
- Butir buahnya berbentuk bundar, tidak seperti montong dan simas yang cenderung lonjong tak beraturan
- Ukuran buahnya sedang : tak terlalu besar, juga tak seberapa kecil. Tapi ada juga yang besar
namun kondisi ini sangat jarang - Kulitnya hijau meski sudah matang dan layak makan. Berbeda dengan durian lainnya yang harus berwarna kekuningan atau kecoklatan ketika matang. Jadi banyak yang terkecoh karena dikira belum matang
- Di bagian atas kulit sekitar tangkai, biasanya terdapat lekuk-lekukan sehingga membuatnya seperti labu. Lekuk-lekuk itu menandakan letak juring dan hanya ada di bagian atas hingga makin menghilang ketika di bawah. Bahasa nJombangannya adalah ‘mBlimbing’ karena membuatnya seperti belimbing
- Beberapa ada yang menyatakan kesulitan membelahnya. Tapi ada pula yang sudah sangat ahli karena pakar durian bido
- Durinya besar-besar dan sangat banyak, dan ada pembatas jelas di sekelilingnya
- Daging buahnya berwarna kuning emas agak pucat. Mungkin kalau Jombang City Guide menyebutnya dengan ‘warna Vanilla’
- Tekstur daging berserat
- Daging yang sangat tebal hampir seperti durian mentega, sehingga tampak begitu ginuk-ginuk
- Biji kecil, ada yang bahkan kepenge hampir nggak ada dan seperti plastik
- Pulen dan lengket di lidah. Mungkin istilahnya mbletrek di mulut karena saking pulennya
- Citarasanya lembut nan creamyseakan ada sedikit rasa santan
- Rasanya manis legit dengan tambahan rasa pahit khas durian Wonosalam yang membuat para penggila durian malah tergila-gila
Ajaibnya, rasa pahit yang menjadi ciri khas tersendiri inilah yang menyihir para penggila durian untuk selalu berburu Si Buah Berduri ini ketika musim durian tiba. Musim durian di Wonosalam terjadi di bulan Desember hingga Maret. Para wisatawan dari dalam dan luar kota berdatangan ke Lereng Anjasmoro untuk wisata kuliner dan mengunjungi destinasi-destinasinya.
Setiap tahun di Wonosalam, insyaallah diadakan Festival Kendurenan yang diadakan di Lapangan Wonosalam (Anda bisa bergabung di Facebooknya). Acara ini diselenggarakan atas syukur atas panen Durian di Lereng Anjasmoro.
Selain kendurenan, biasanya juga diselenggarakan kontes durian unggulan, tanam durian bido bersama-sama dan beberapa acara lain yang mengiringi festival durian di Wonosalam ini.
Peserta Kontes Durian |
Durian-durian hasil panen, ditata sedemikian rupa menyerupai gunungan Tumpeng yang nantinya dilempar dan dibagi-bagikan secara gratis untuk para pengunjung. Tentu saja, riuhnya pesta durian ini akan cukup heboh sekaligus membahayakan. Di satu sisi semua orang ingin mendapatkan durian, di sisi lain harus tetap berhati-hati karena durinya bisa mencelakakan peserta.
Acara adat yang ditunggu-tunggu setiap tahun ini membuat Wonosalam yang ada di puncak gunung, penuh sesak dengan wisatawan. Lebih jelasnya bisa disimak disini, semoga Jombang City Guide bisa segera bergabung untuk memberi liputannya untuk para pembaca, AMIN.
Jombang City Guide masih meminjam potret durian bido dari berbagai sumber termasuk Pak Endon selaku pakar durian bido asal Galengdowo. Doakan pula Jombang City Guide mampu menahan diri untuk tidak segera menyantap Si Raja Buah khas Wonosalam ini dan menghasilkan potret durian bido yang lebih layak tayang dan orisinil.
Wahai Para Penggila Durian, mupeng ‘kan?!?!?!?!?
Durian Bido, bila disimpan sehari hingga dua hari, kadar alkoholnya akan meningkat hingga rasanya makin pahit memabukkan. Ah… gak papa lah. Jombang City Guide bangga kok mabuk duren Wonosalam. Hyahahahhaha….
Durian Bido
Durian Endemik Wonosalam
Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang
Jawa Timur
Tersedia saat musim durian tiba
0 komentar:
Posting Komentar