Wonosalam memang sedang rame-ramenya, ada perhelatan penting berupa Kendurenan, sebuah festival durian tahunan. Tentunya, para wisatawan dari berbagai daerah sudah wara-wiri berburu durian di seantero Lereng Anjasmoro.  Tak jauh dari Selo Ageng, tampak ada tempat baru di pinggir sungai yang cukup menarik. Terlihat ada sebuah rumah kayu bak dongeng yang berdiri di halamannya.


Rumah kayu cantik itu ternyata bagian dari sebuah destinasi kuliner baru yang namanya Warung Kali. Lokasinya memang berada di pinggir kali, sehingga sepertinya pemilik pun menamakannya dengan Warung Kali. Memang, para pemilik warung di Wonosalam sepertinya sedang keranjingan memberi nama lokasi berdasarkan letaknya, seperti Warung ngGunung, Warung Tanjakan, Warung Tikungan dan masih banyak yang lainnya. Warung Kali agaknya juga meramaikan penamaan berdasarkan ‘letak geografis’ ini.






Beberapa waktu lalu, memang Jombang City Guide melihat bakal lokasi baru di pinggir kali ini. Ternyata setelah tahun baru, tampaknya lokasi di pinggir sungai itu sudah mulai siap untuk menerima pelanggan dengan ditandai rumah kayu yang rampung dikerjakan.






Menu yang ditawarkan masih mirip dengan warung-warung di Wonosalam pada umumnya yang bertema ndeso seperti aneka penyetan dan nasi jagung. Ada juga pecel, nasi lodeh, maupun urap-urap. Namun ada satu menu berupa rica-rica yang bisa menjadi pembeda dibandingkan warung lainnya di Wonosalam.

 


Ada beberapa gazebo yang melengkapi Warung Kali, yang memang diperntukkan bagi pengunjung untuk makan dan menikmati suasana. Meski demikian, agaknya rumah kayu tetap menjadi daya tarik utama dari warung kali ini. Bentuknya mirip-mirip rumah kayu dalam film dongeng kartun. Berasa ada di rumah Radagast The Brown dalam film Hobbit The Unexpected Journey, atau rumah Giselle dalam film Enchanted.



Berhubung rumah kayunya lucu dan unik seperti dalam dongeng, jelasnya Jombang City Guide langsung tersedot masuk ke dalamnya. Heheheheh........ Sengaja memilih lokasi makan di ruangan paling atas di rumah kayu, supaya Jombang City Guide bisa melihat view dari ketinggian. Dipilih rica-rica nasi jagung untuk pesanan pagi itu sambil menanti datangnya pesanan dengan memandangi pemandangan yang cukup asri.


Menanti pesanan datang sambil joget2

Masnya dataaaang

Tak lama berselang, pesanan pun datang. Mas yang antar pun harus ikut meniti tangga menuju puncak yang bukan gemilang cahaya sambil membawa nampan berisi orderan makanan. Nasi jagung lauk rica-rica pun tersaji, dan segera disantap di puncak tertinggi rumah kayu sambil menikmati deburan suara air sungai di belakangnya.




Sambel terinya mantap dan ada tambahan ‘garnish’ berupa sejumput sayur lompong. Tampaknya, pembubuhan sedikit sayur lompong ini sebagai ‘lalapan’ tambahan yang menjadi ‘penghias’ sajian. Sayur lompong dibubuhkan di atas sajian juga sebagai pengenalan dan penambah selera.



Sayur lompong memang menu tradisional yang kerap dikonsumsi di pedesaan, termasuk di Wonosalam. Kini popularitasnya kembali menanjak dan makin digemari karena kenikmatan dan nilai gizinya. Warung-warung di Wonosalam pun juga menjual menu sayur lompong seperti Warung ngGunung dan Bukit Durian. Bahkan Wana Wisata Sumberboto Reborn juga menyajikan sayur lompong sebagai menu andalannya.

Ada sayur lompongnya!
Selain gazebo dan rumah kayu, tampak ada beberapa kursi dari batang dan akar pohon di tengah halaman yang bisa diperuntukkan bagi para pengunjung yang ingin andok ala pesta kebun. Tanaman hias seperti bunga kertas dan bunga kuning pun tampak menghiasi lokasi. Jadi sesuai tulisan yang tertera di rumah kayu dimana selain berwisata kuliner juga bisa berfoto ria di Warung Kali.

Mingkup pus kucingnya


Sayangnya, bagian belakang berupa sungai masih belum dibersihkan sehingga agak ndrawasi untuk diakses. Misalnya kalau dibersihkan, pasti Warung Kali bisa menambah lagi satu fitur yaitu wisata kecek-kecek di kali untuk pengunjungnya. Atau bisa juga ditambahkan kursi-kursi di sungai seperti yang ada di Sumber Biru, sehingga bisa jadi makin klop dengan namanya yang mengusung sungai sebagai label warungnya.

Ada sungai di belakangnya




Saat petang, rumah kayu dan gazebo tampaknya dihias lampu yang kemudian menambah kesan fairytale dalam tampilannya. Jadi mirip dengan yang ada di Sumber Banyu Biru. Rupanya setelah diusut, pembuat rumah kayu apik ini merupakan orang yang sama dengan penggagas Wisata Taman Sungai di Wonomerto yaitu Zarmaentree Wooden Craft by Kreasi Anak Alam. Jadi bila ada kemiripan bentuk dan kesamaan konsep berupa nuansa ‘persungaian’ agaknya pertanyaan sudah terjawab.






Warung Kali buka setiap hari mulai pukul 08.00 WIB hingga petang. Jadi pengunjung yang ingin menikmati suasana Warung Kali bisa punya beberapa pilihan, mau andok di pagi hari ataupun dapat kelip lampu di kala senja. Lokasinya ada di seberang Kantor Pos Wonosalam, di Jalan Anjasmoro, antara KanSaLam dan Selo Ageng. Monggo disisir sendiri, lokasinya mudah ditemukan apalagi sudah tertera di Gmaps.

Jalan Anjasmoro Wonosalam





Kehadiran Warung Kali ini kini menambah satu lagi destinasi wisata di Wonosalam. Selain berwisata kuliner, juga bisa wisata selfie. Nantinya bila sungai sudah dibersihkan secara serius bukan tak mungkin akan jadi wisata kecek-kecek di kali ala ciblon. Wisatawan yang berkunjung ke Wonosalam jadi makin banyak pilihan, dan berkunjung ke Lereng Anjasmoro bisa makin menyenangkan. Kapan mampir ke Warung Kali????

 
Warung Kali Wonosalam
Jalan Anjasmoro, seberang Kantor Pos Wonosalam
Dusun Tukum, Desa Wonosalam,
Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang
Buka setiap hari pukul 08.00 WIB

 


Galengdowo masih menyimpan sejuta potensi dalam destinasinya, salah satunya kebun milik Pak Sohel yang membudidayakan anggrek lokal yang asli dari hutan Wonosalam. Berawal dari kecintaannya terhadap hutan dan tanaman, Pak Sohel sering membawa pulang bunga-bunga yang ditemukan di hutan. Rumahnya pun disulap menjadi sebuah kebun anggrek mini yang penuh dengan aneka spesies anggrek lokal asli hutan setempat.


Nama aslinya adalah Suyanto, namun lebih akrab dipanggil Pak Sohel. Kata kunci ‘Pak Sohel’ terasa lebih mudah karena nama Suyanto sudah banyak yang menggunakannya. Bahkan ada lebih dari tujuh Pak Suyanto lain di Dusun Pengajaran. Pak Sohel bahkan sering didapuk sebagai peserta pameran bunga, eksibisi perwakilan Wonosalam, maupun pemanis tampilan dalam acara UKM di berbagai kota. Jadi, supaya tak kebingungan, maka nama Pak Sohel Anggrek memang lebih mudah untuk diingat.

Pak Suyanto 'Sohel'



Lereng Anjasmoro bagian selatan ini memang berhawa lebih sejuk dari kawasan utara, sehingga memungkinkan tanaman lokal sejenis anggrek tumbuh subur secara liar di hutan. Ketertarikan akan anggrek hutan yang banyak tumbuh di kawasan hutan Pengajaran menginspirasi Pak Sohel untuk menjadikan bunga cantik itu sebagai penghias pekarangan rumahnya.



Bunga-bunga angrek lokal itu dibudidayakan sendiri di rumah Pak Sohel dengan memanfaatkan berbagai media yang ada. Kegiatan budidaya anggrek lokal ini berawal sejak Pak Sohel masih membujang, hingga bunga-bunga anggrek yang dibawa pulang dari hutan itu pun tumbuh dengan subur dan ‘beranak pinak’. Hawa Galengdowo yang sejuk makin mendukung budidaya ini karena anggrek hanya cocok tumbuh di tempat dingin.

Main ke Rumah Anggrek Pak Sohel,
banyak dekorasi bunganya



Pak Endon dan Yuk Dija

Akhirnya banyak kawannya yang senang dengan bunga-bunga anggrek hutan lokal yang menghiasi teras rumah. Anggrek lokal hutan itu pun bisa jadi ‘komoditas’ yang mendatangkan penghasilan tambahan untuk Pak Sohel. Dari keuletan Pak Sohel, Kebun Anggrek ini bahkan mampu menarik petani anggrek dari Batu, Tulungagung, dan Kediri memborong bunga-bunga cantik dari hutan ini.

Rumah Anggrek Kebutan

Kebun anggrek mini yang ada di kediaman Pak Sohel ini pun dinamai Rumah Anggrek Kebutan. Memang, salah satu anggrek hutan yang tumbuh di Kebun Pak Sohel bernama Kebutan. Karena kebunnya berada di pekarangan rumah, maka disebut rumah anggrek. Selain itu, Kebutan juga merupakan jenis anggrek Vandae yang menjadi primadona di kebun anggrek ini. Nama Jalan Kebutan juga diinspirasi dari nama anggrek lokal yang dibudidayakan Pak Sohel. Siiiip lah.



Istimewanya, bunga-bunga anggrek di kebun Pak Sohel ini merupakan anggrek lokal yang asli tumbuh di hutan. Memang, anggrek ini bukan spesies langka yang terlalu fenomenal, tapi jenis ini pastinya tak mudah ditemui di toko bunga anggrek di perkotaan karena spesies ini berasal dari Hutan Pengajaran. Anggrek jenis lokal ini juga tak banyak dibudidayakan para petani anggrek sehingga sangat menarik bagi para pecinta bunga orchid pastinya untuk amunisi penambah koleksi yang unik.



Beberapa koleksi anggrek yang unik dan menarik di Kebun Anggrek Pak Sohel diantaranya :

Vanda Tri Colour
Bunga Anggrek ini berwarna putih dengan corak keunguan. Tiga warna yang dimaksud adalah tiga kelopak mahkotanya punya tiga warna yang berbeda : Putih polos, putih bintik-bintik keunguan dan dominan ungu kemerahan. Jenis Vanda ini sangat unik punya aroma yang harum, apalagi bila diletakkan di dalam rumah.


Vanda Tri Colour : Selain cantik juga harum

Bibir Bulu
Warna kelopak mahkotanya dikombinasi antara putih dan hijau, sedangkan bagian paling uniknya adalah yang berwarna coklat karena memiliki permukaan yang berbulu. Bulunya ini juga tak beraturan sehingga disebut anggrek bibir bulu.



Si Bibir Bulu

Paku-Pakuan
Biasanya tanaman ini digunakan sebagai 'pemanis buatan' untuk mempercantik tampilan bunga lain.





Jenis lain sebenarnya masih ada banyak, namun belum berbunga karena bukan musimnya. Mungkin memang Jombang City Guide harus melakukan kunjungan ulang sehingga bisa mendapat foto yang lebih lengkap. Doakan.


Anggrek-anggrek hutan yang berhasil tumbuh di rumah Pak Sohel


Kebutan : Dijadikan nama Rumah Anggrek dan nama jalan


Satu lagi keistimewaan bunga ini di Kebun Anggrek Pak Sohel, yaitu ada sejenis anggrek yang belum diketahui jenisnya dan Pak Sohel pun belum pernah menemukan bunga yang sama di pameran anggrek yang pernah ditemuinya. Sebagai tanaman yang asli Hutan Pengajaran, bisa jadi anggrek temuan Pak Sohel merupakan jenis baru yang patut dicurigai sebagai endemik Wonosalam.

Dicurigai sebagai endemik Wonosalam

Sayang Sang Endemik sedang tak berbunga

Sayangnya saat Jombang City Guide mampir, tak banyak bunga anggrek yang mekar karena sedang bukan musim mekar bunga. Rupanya, anggrek pada umumnya mekar di Bulan Agustus. Pak Sohel bercerita bahwa saat bulan kemerdekaan itu, hampir semua anggrek di kebunnya berkembang dan mekar hingga kebingungan karena semuanya begitu indah. Semua sudut taman jadi begitu berwarna, karena semua anggrek mekar di semua sudut.



Karena belum masa berbunga, Jombang City Guide tak banyak menemui anggrek yang mekar apalagi jenis endemik Wonosalam yang belum diketahui spesiesnya itu. Meski demikian, Jombang City Guide tetap berupaya mengambil gambar tanaman anggrek yang dimaksud, meski hanya membayangkan berdasarkan penggambaran Pak Sohel tentang tampilannya saat berbunga.


Lihat-lihat tanamannya saja
Sambil membayangkan bentuknya saat berbunga

Kebun Anggrek Pak Sohel sangat mudah ditemukan. Berada di Jalan Kebutan di Pengajaran, Galengdowo, wisatawan yang ingin datang langsung ke kebun anggrek ini bisa mengikuti panduan Gmaps. Pun misalnya masih bingung karena kesulitan sinyal di kawasan ini, cara ampuh dengan bertanya pada penduduk setempat bisa dijadikan salah satu opsi. Pilihan lain untuk mencapai kebun anggrek ini bisa dengan menghubungi Pak Endon selaku Guide Argowayang Ecotourism yang akan dengan senang hati memperkenalkan potensi daerahnya dengan mengantarkan langsung ke rumah Pak Sohel.

Rumah Anggrek Kebutan


Rumah Pak Sohel terbuat dari kayu, yang sepertinya hampir seluruhnya tertutup oleh aneka anggrek yang dibudidayakan karena Pak Sohel menanam bunga di semua titik di setiap sudut rumahnya. Bisa dibayangkan saat semua bunganya mekar, sepertinya hanya warna-warni anggrek yang terlihat. Jadi, saat wisatawan berada di bibir Jalan Kebutan, pastinya bunga-bunga anggrek Pak Sohel sudah bisa terlihat jelas.




Keuletan Pak Sohel tak hanya tercermin dari kebun anggrek budidayanya, tapi juga taman hasil karyanya di tengah hutan Pengajaran menuju air terjun Tretes Pengajaran. Taman Kututan, merupakan taman lainnya yang dibudidayakan Pak Sohel. Selain tanaman hutan lain yang juga didapat dari hutan, anggrek hutan tentunya juga tak ketinggalan menghiasi taman ini.


Spot Pembibitan


Kini rumah Pak Sohel menjadi salah satu destinasi yang ada dalam penawaran Wisata Argowayang. Wisatawan juga bisa membeli bunga anggrek Pak Sohel, dan cocok pula dijadikan oleh-oleh yang unik. Meski hanya kebun sederhana, namun bagi pecinta bunga dan penggila anggrek, tanaman ini bisa menjadi oleh-oleh maupun adopsi baru yang memperkaya deretan anggrek yang dikoleksi.


Tamannya : Taman Kututan, Kebunnya : Kebun Anggrek Kebutan



Menyusuri Jalan Kebutan

Yang mau lanjut ke air terjun Tretes Pengajaran, boleh. Mampir ke Taman Kututannya Pak Sohel, asik juga. Wisata Kampung sapi perah dan beli susu sapi segar, oke. Borong Salak Galengdowo di kebunnya langsung, harus. Yang mau melihat langsung keindahan anggrek hutan di Kebun Pak Sohel, monggo. Yang mau belanja bunga untuk koleksi maupun oleh-oleh juga bisa. Tur Wisata Argowayang Galengdowo seru juga ya!!!!
  
 

Kebun Anggrek Pengajaran by Pak Sohel
Jalan Kebutan
Dusun Pengajaran, Desa Galengdowo
Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang
Pak Sohel : 081 216 448 990
Pak Endon The Argowayang's Guide : 085259005057