Jombang rupanya tak kehabisan stok kuliner unik nan legendaris. Adalah pecel Sate Kapur Bu Malika yang punya daya tarik tersendiri. Dari namanya, jangan dikira makan sate dari panggangan kapur atau makan kapur betulan seperti yang dipakai Rudy Tabuti dalam kartun Chalk Zone, karena pakai papan kapur sudah gak zaman. Sekarang pakai white board semua! Hahhahahaha... Bukan bukan bukan.


Daging kapur yang dimaksud adalah bagian dari tubuh sapi yang diolah sedemikian rupa, lalu ditusuk dengan tusuk sate lalu jadilah sate kapur yang legendaris ini. Mengenai bagian mananya yang digunakan, Jombang City Guide masih bingung juga. Yang jelas ini bagian dari tubuh sapi, bukan lainnya. Mungkin bagian lemaknya ya.

Bagian mananya ya???


Bu Malika

Warung Pecel Sate Kapur Bu Malika ini sudah buka sejak tahun 1992, yang berawal dari keinginan berbisnis dengan membuka warung pecel kecil-kecilan. Varian sate kapur mungkin ditambahkan sebagai pembeda dari warung pecel lainnya yang jelas sudah banyak saingannya di Jombang.


Siap panggang menunggu order

Pemanggangan

Sate daging kapur dipanggang di samping warung berdasarkan pesanan. Setelah dirasa cukup, maka sate siap disandingkan dengan nasi pecel yang sudah disiapkan dalam sebuah pincuk dari daun pisang yang menambah sedapnya selera dan tampilan tentunya. Pecel sate kapur spesial ini, pun tersaji di atas sepincuk nasi pecel berbumbu mantap dan siap disantap para pelanggan setia.

Voila!

Bumbu pecelnya kental disiramkan di atas nasinya yang berporsi wajar. Empat tusuk sate kapur dibubuhkan di atas nasi pecel tadi. Rasanya empuk, gurih dan nikmat. Sebuah citaranya yang pasti akan dirindukan saat bersantap kuliner di Jombang.

Sampe klamut2 gitu

Haujek secenping!

Warung Bu Malika buka sejak pagi pukul 02.30 WIB yang menjaring para pengunjung pasar yang hunting belanjaan saat fajar. Bisa jadi diantaranya adalah para tengkulak dan lijo yang sudah sibuk di pagi buta. Jadi jangan heran bila sebelum pukul 08.00 WIB biasanya sate ini sudah ludes terjual. Jombang City Guide datang setelah mengantar Si Bakpau di sekolah, sangat beruntung masih kebagian.


Bertugas memanggang sate

Bersama putranya, Bu Malika setia melayani pelanggan yang menggandrungi Pecel Sate Kapur andalannya. Putranya bertugas memanggang sate, sedangkan Bu Malika menyajikan nasi pecel bersatenya ke pelanggan. Warungnya pun sepertinya hanya menjual Nasi Pecel Sate Kapur, selain kerupuk dan minuman sebagai penutup sajian.

Sebenarnya gak usah kerupuk sudah enak


Pagi-pagi sudah habis

Meski tak terlalu viral, pelanggan Sate Kapur ini punya pangsa pasar langganannya sendiri. Para pelanggan yang sudah tau eksistensinya pun datang dari berbagai kota, termasuk Surabaya, Kediri bahkan Semarang. Biasanya, supaya tetap kebagian dan tak kecewa karena sudah dating jauh, pelanggan luar kota sudah ‘booking’ beberapa porsi terlebih dahulu.

Mas Gondrong makan Pecel Sate Kapur


Dulu waktu kecil, Bapak Jombang City Guide rajin membawa oleh-oleh pecel sate kapur ini sebagai sarapan. Saat itu masih sekolah, jadi andok pagi-pagi jelas agak ruwet sehingga pilihan take away dirasa paling tepat. Sekarang Jombang City Guide sudah punya anak sendiri, malah andok setelah mengantar sekolah. Hahahhahaha.........


Seberang asrama polisi bangunan lama

Warung Sate kapur ini berada tepat di seberang bangunan lama asrama polisi Jalan Seroja, yang tak jauh dari Stasiun Jombang Kota Lama Pasar. Tak jauh pula dari penjual pisang dan perempatan belakang Pasar Senggol. Warungnya berwarna hijau, dan bisa sudah ditandai di Gmaps. Pun kalau masih belum menemukannya, bertanya ke warga setempat pastilah jadi cara paling ampuh supaya tak ketinggalan menikmati nasi pecel bersate unik ini.

Sekalian belanja pisang

Aku tau kamu pasti satu porsi kurang

Yummy yummy yummy!

Pecel Sate Kapur ini sudah bertahan hampir 30 tahun dan jelas nikmatnya dibanding kuliner kekinian yang datang dan pergi musim dan seleranya juga gak jelas juntrungannya. Pecel Sate Kapur ini legendaris, dibanderol 15ribu rupiah per pincuknya. Tunggu apalagi??????????????????????

 

Pecel Sate Kapur Bu Malika
Warung Ijo, Kompleks Pasar Legi
Seberang Bangunan Lama Asrama Polisi
Dekat Perempatan Belakang pasar Senggol
Jalan Seroja, Kabupaten Jombang
Buka Setiap Hari
Pukul 02.30 – Habis (Biasanya sebelum pukul 08.00 WIB)
0895 6315 1924

Wisata LeMbah Ginten : Bareng Punya!


Belum banyak yang tahu, bahwa Bareng punya destinasi wisata yang lumayan untuk refreshing keluarga. LeMbah Ginten namanya, yang berkonsep kolam renang di sebuah lembah yang penuh dengan taman bunga dan kebun buah. Selain untuk bersantai, destinasi ini cocok juga untuk lokasi selfie.



Buah yang diblongsong


Kebun
Lumayanlah, dapat foto-foto apik daripada jauh-jauh naik ke Wonosalam dan berdesakan di Bale Tani karena saking ramainya. Konsep LeMbah Ginten, hampir serupa dengan Kampoeng Durian yang ada di Mojoagung. Tapi dengan pemandangan lembah yang lebih asri tentunya.
Tak ada salahnya bila dari Bale Tani lalu andok di Warung Rica-Rica Bu Suhar kemudian mampir ke LeMbah Ginten untuk berfoto selfie, karena ketiga lokasi ini berada dalam satu jalur dan satu kecamatan.









Lokasi LeMbah Ginten sudah ditandai di Gmaps. Berada di Dusun Mindi, Desa Mundusewu, Kecamatan Bareng, lokasinya bersebelahan dengan Wonosalam dan sekitar 20 km selatan pusat kota Jombang. Lokasinya mudah dijangkau karena berdekatan dengan Kecamatan Ngoro dan Desa Tebel dimana Warung Rica-Rica Bu Suhar yang terkenal itu berada.



Saran Jombang City Guide, menuju LeMbah Ginten sebaiknya melalui rute Warung Rica-Rica Bu Suhar ke barat hingga ada pertigaan lalu belok kiri. Terdapat sebuah gapura dimana di bawahnya ada penunjuk jalan  ke kiri menuju Lembah Ginten. Arahkan kendaraan ke arah timur maka akan terlihat hamparan pemandangan yang begitu indah seperti gambaran pemandangan anak-anak TK di Indonesia : Sawah hijau sepanjang mata memandang, jalan lurus hingga titik senyap dan horizon yang di belakangnya terlihat kemegahan Pegunungan Anjasmoro. Pemandangan eksotis ini tak boleh dilewatkan begitu saja.

Begitu indah mempesona
Sayang, Puncak Kukusan yang ikonik sedang tertutup awan


Penanda lokasi terlihat di bibir gang. Sesampainya di area LeMbah Ginten, tampak di depan gerbang masuk lahan parkir tersedia yang cukup luas menampung banyak motor dan mobil para pengunjung. Tarif parkir masih wajar yaitu Rp.3000 rupiah untuk sepeda motor dan seharga selembar lima ribu rupiah untuk mobil.





Di pintu masuk dekat parkiran, pengunjung disambut gerbang yang terbuat dari ranting kering dan menjadi spot paling unik dan ikonik tentunya. ‘Prasasti’ LeMbah Ginten dan bingkai hati yang berada di sebelahnya. Tak jarang pengunjung mengambil potret keluarga di spot ini.




Lokasi selfie prasasti ini cukup menarik dan bisa dijadikan ajang pamer foto untuk pajangan di media sosial. “Keren lho, aku sudah mampir LeMbah Ginten, kamu belum ‘kaaan???” kira-kira begitu narasinya saat kawan lain belum punya potretnya di gerbang masuk ikonik khas LeMbah Ginten ini.



“Keren lho, aku sudah mampir LeMbah Ginten, kamu belum ‘kaaan???”




Setidaknya, ada tiga kolam renang berbagai ukuran yang ada di LeMbah Ginten. Mulai kolam renang anak-anak hingga anak-anak besar. Lho kok anak-anak besar? Iya soalnya kalau dibilang dewasa juga nggak seberapa dalam. Mungkin kolam anak-anak tanggung kali yes. Xixixixi.......






Di samping kolam dan sepanjang mata memandang, banyak ditumbuhi pohon-pohon yang buahnya diblongsong. Jadi serasa berada di kebun buah yang rimbun. Tak lupa di sekitarnya ditumbuhi aneka bunga yang didominasi Bunga Zinia berwarna-warni yang tumbuh begitu subur, menyejukkan setiap mata yang memandangnya.









Terdapat banyak gazebo bambu yang tersebar di beberapa lokasi. Pengunjung yang menunggui anaknya berenang, bisa bersantai di sini sambil menjaga barang bawaan yang ditinggal ketika semuanya nyemplung mainan air. Jadi bagi yang tak nyemplung bermain air, bisa menikmati pemandangan yang indah dan bersantai dengan nyaman bersama keluarga.















Taman bunga berhias aneka bunga dan dominasi Bunga Zinia atau yang kerap disebut kembang kertas begitu indah bertebaran di berbagai titik LeMbah Ginten. Bunga-bunga Zinia ini bisa menjadi spot cantik untuk berfoto ria. Spot selfie masih terbatas, meski ada pula yang tersedia di tepian sungai berbentuk hati.





Wisata LeMbah Ginten yang genap berusia dua tahun dari hari ini, dimiliki oleh Pak Sumaryo yang merupakan anggota DPRD Kediri yang bertarung kembali memperebutkan kursi di parlemen Kota Tahu melalui partai burung garuda.


Bersama Pak Sumaryo

Dua orang sama jurusan, 
yang nulis nih malah beda aliran
Pak Sumaryo merupakan pemilik lahan yang dulunya merupakan tanah milik mendiang nenek yang bernama Mbah Ginten. Kemudian muncullah ide membuat sebuah destinasi wisata untuk keluarga demi memenuhi kebutuhan warga Bareng dan sekitarnya akan sebuah jujugan yang bisa dijadikan sarana refreshing santai.


Almarhumah Mbah Ginten paling kanan dalam gambar

Lahan Mbah Ginten pun disulap menjadi kebun buah dan taman bunga, lengkap dengan kolam renang. Lokasinya memang berada di sebuah lembah yang ada di tepian sungai, membuatnya unik sehingga menamakan wisata ini dengan label Wisata LeMbah Ginten.




Nama LeMbah Ginten jelas yang terinspirasi dari nama mendiang Mbah Ginten, lalu dipadukan dengan kata lembah dimana lahan wisata berada. Akhirnya jadilah penggabungan nama LeMbah Ginten yang kemudian menjadikan wisata ini sebagai destinasi di lembah-nya Mbah Ginten. Xixixi... Iya juga sih.


Le Mbah Ginten



Cerdik juga ya namanya. Btw kok berasa jadi kayak nama-nama Prancis gitu ya??? Le MeridienLe MoslemaLe Couture, Le MansLeMbah Ginten. Hyahahhaha.... Kereeeennn... Karena itu, Jombang City Guide menuliskannya sesuai nama yang terpahat di batu : LeMbah Ginten. Dengan huruf M yang besar untuk menegaskan nama nenek moyang owner berasal. Hehehhe...






Sebagai destinasi keluarga dan arena kolam renang, tentunya pengelola LeMbah Ginten juga menyediakan banyak fasilitas seperti sewa ban, toilet, musholla, bahkan cafe yang menyediakan makanan dan camilan khas sajian kolam renang.



Musholla

Cafe ini dinamai Warung Mbah Ginten, sebagai cikal bakal destinasi ini. Ada space lesehan non-gazebo yang disediakan pengelola bagi yang ingin andok di tempat dekat dapur Mbah Ginten. Menu berkisar antara minuman blend bubuk aneka rasa, float, dan tentunya mie instan goreng yang sudah nikmat entah kenapa jadi luar biasa lezat berlipat saat disantap setelah renang. Hehehehhe....


Menu Warung Mbah Ginten

Lesehan Warung Mbah Ginten

Oreo Float
Jombang City Guide memesan minuman oreo float yang punya penampilan menarik dengan cream, topping dan sekeping oreo di atasnya. Penampilan khas cafe yang cukup menggoda untuk kelas Bareng. Bayi Jombang City Guide pun tak sabar ingin meminumnya, tapi belum boleh karena rawan caries yang bisa mengakibatkan giginya bogank. Maaf ya dek, kamu besar dulu ya, nanti baru boleh mimik ini...


Maaf ya dek, kamu besar dulu ya, nanti baru boleh mimik ini...


Makanya maem yang banyak biar cepat besar.
Nanti kalau sudah besar baru boleh mimik ini ya

Sebenarnya, ada pula wahana ATV yang disediakan untuk pengunjung yang dibandrol seharga Rp.8000,- untuk mengendarainya. Namun setelah kebanyakan ‘dipekerjakan’ sepertinya motor roda empat ini pun nggondok kemudian mangkrak di samping lesehan Mbah Ginten.

ATVnya Nggondok

Yaaah... gak jadi naik ATV deh



Selain spot foto, ada pula jembatan yang melintasi sungai kuning yang menghubungkan dua daratan. Tapi tak bisa dipungkiri, jembatan penghubung dua daratan ini jadi salah satu spot yang berbeda dibanding destinasi lain. Jembatannya berwarna merah menyala.

Jembatan Merah Ginten

Bisa melihat Sungai Mekong ala Bareng

Sungai Yang Tse ala Bareng, xixiixix

Pengunjung pun bisa melihat aliran sungai kuning yang mengalir di bawahnya. Berasa di Sungai Mekong Thailand, atau Sungai Yang Tse di Cina. Hehheheheh...... Jadi kalau di Surabaya ada Jembatan Merah berikut Plaza-nya yang disebut JMP, di Bareng ada JMG yaitu Jembatan Merah Ginten. Xixixixixi..........................








Lokasi seberang masih berupa hutan bambu. Meski sudah dilengkapi pondok bambu, gazebo dan kursi untuk pengunjung, tapi terasa begitu antiklimaks dibanding daratan di sebelahnya yang begitu riuh karena hiruk pikuk anak-anak yang bermain air. Diperkirakan lokasi inilah yang akan dikembangkan selanjutnya.

'Bergelimpangan' menikmati hari libur, hehehhe

Jangan melamun di barongan, Mbak...



Barongan

Bu Sumaryo selaku ‘ibu negara’ LeMbah Ginten menuturkan, beberapa fasilitas katanya diperbaiki, diperbarui dan dikembangkan setelah pertarungan pileg. Jadi potensi LeMbah Ginten makin cantik sepertinya baru terlihat dalam beberapa bulan ke depan setelah kesibukan nyaleg usai. Semoga ada fitur tambahan yang berbeda dibanding destinasi lainnya saat pembaruan nanti.


Bu Sumaryo

Tiket masuk dipatok setara selembar Rp.5000,- untuk yang berenang. Sedangkan yang tak ikut nyemplung tak ditarik biaya. Meski masuknya gratis, ada baiknya ‘para penunggu’ yang tak nyemplung ini memesan menu yang ada di Warung Mbah Ginten ya. Heheheh... Jadi tak cuma numpang nongkrong, tapi juga beli dagangannya ya,,,





Pada dasarnya, Wisata Lembah Ginten buka setiap hari pukul 07.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB. Saat paling ramai tentu saja ketika hari libur dan mulai sepi saat sore ketika petang menjelang. Pengunjung masih bisa menikmati suasana di LeMbah Ginten ketika petang. Saat sepi di sebuah lembah memang terasa seperti berada di kolam renang pribadi, tapi surup-surup sendirian sepertinya lebih mirip uji nyali deh. Awas kesambet, xixixixi......





Bila di Wonosalam ada Lembah Winden dan Lembah Giri, di Bareng ada LeMbah Ginten. Tak perlu naik ke Wonosalam untuk menambah stok foto selfie, di LeMbah Ginten Bareng juga bisa. Hayo, jangan sampai ketinggalan. Sudah punya stok foto di LeMbah Ginten atau belum???


Wisata LeMbah Ginten
Dusun Mindi, Desa Mundusewu
Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang
Buka Setiap Hari
Pukul 07.00 WIB – 21.00 WIB
081 233 80 9835