Penataan nama jalan di Jombang masih belum tersusun rapi. Banyak nama jalan yang tidak memperhatikan aspek sejarah maupun kisah yang terkait yang berhubungan dengan wilayah tersebut. Namun ada satu nama jalan yaitu Jalan Pahlawan, yang memiliki sejarah penting yang terkait dengan tokoh yang pernah tinggal di tempat itu.



Jalan Pahlawan di Jombang, mungkin tidak memiliki peran terlalu vital dengan sejarah bangsa Indonesia seperti di Surabaya. Surabaya yang merupakan Kota Pahlawan, juga memiliki nama jalan bernama Jalan Pahlawan. Para pejuang yang lebih dikenal sebagai Arek-Arek Suroboyo bertempur melawan Belanda yang diboncengi tentara sekutu untuk mempertahankan kemerdekaan di tempat yang namanya kini diabadikan dengan dibangun monumen bernama Tugu Pahlawan. Jalan di sekitar Tugu Pahlawan kini disebut sebagai Jalan Pahlawan.

Tapi jangan salah. Arek-arek Suroboyo yang bertempur untuk mempertahankan harga diri bangsa dan kota tercintanya itu, tidak melulu dari Surabaya saja. Mereka tergabung dari berbagai suku bangsa, bahkan datang dari berbagai kota (terutama dari Jawa Timur) untuk bersatu padu membela tanah airnya. Ada yang dari Mojokerto, Sidoarjo, Gresik, bahkan dari Jombang. Santri-santri dari Jombang pun berbondong-bondong menuju Surabaya untuk turut bertempur atas semangat resolusi jihad yang digaungkan KH. Hasyim Asyari. Lebih jelasnya, mungkin nonton film Sang Kiai deh. Film terbaik peraih Piala Citra, dengan setting cerita berkisar di Jombang lhow…

Selain para santri yang bertempur itu, ada pula pemuda-pemuda yang juga turut mengangkat senjata dari Jombang. Diketahui, dulunya ada seorang pemuda yang tinggal di sebuah jalan di daerah Wersah, yang ikut bertempur ke Surabaya dalam perang Sepuluh November ’45.

Sayangnya, tidak diketahui siapa nama pemuda tersebut, dan di rumah yang mana tepatnya dia tinggal. Yang pasti, dia berasal dari daerah Wersah dan pejuang Jombang yang pertama gugur dalam pertempuran membela negara dan bangsanya.


Untuk mengenang jasanya, Pemerintah Kabupaten Jombang pun mendedidaksikan Jalan di daerah Wersah sebagai Jalan Pahlawan. Jalan dimana seorang pemuda berasal, yang gugur sebagai bunga bangsa dalam salah satu pertempuran yang menunjukkan pada dunia, bahwa Indonesia masih ada. Indonesia masih tangguh dan sudah memproklamasikan kemerdekaannya, kini berjuang untuk mempertahankannya.


Di sepanjang Jalan Pahlawan, banyak toko yang menamai dirinya sama dengan nama jalan yang mereka tempati. Seperti contohnya toko perlengkapan dan pernak-pernik jahit Pahlawan dan Soto Dhog Pahlawan by Pak Karman.


Jalan Pahlawan cukup ramai, dan menjadi penghubung jalan-jalan lain yang cukup strategis. Jalan-jalan yang terhubung dengan Jalan Pahlawan juga umumnya dinamai dengan nama-nama pahlawan. Diantaranya Jalan Adityawarman, Jalan Raden Patah, Jalan Hayam Wuruk, Jalan Sultan Agung, Jalan Urip Sumoharjo, Jalan Wahid Hasyim, Jalan Gajayana, dan masih banyak lagi.


Setelah sempat berganti nama dengan nama Jalan Siliwangi, Jalan Pahlawan dikembalikan lagi dengan nama asalnya oleh Pemerintah Kabupaten Jombang karena pertimbangan historis yang menyertainya.

Penikmat Kemerdekaan

Palang nama Jalan Pahlawan tampak kuno, dengan warna hijau dilengkapi garis kuning, dan ornamen hiasan di gagang papan namanya. Berbeda dengan umumnya nama jalan di Jombang masa kini yang kebanyakan sudah berganti warna dengan warna biru. Namun, meski dengan desain kuno, kondisi papan nama Jalan Pahlawan tampak masih bagus.


Berdasarkan papan nama, Pahlawan memiliki kode pos 61411. Namun dari database kode pos di kantor pos, Jalan Pahlawan memiliki kode pos 61419. Mungkin harusnya ini menjadi pekerjaan rumah bagi para pihak yang berwenang, termasuk kantor pos sebagai penerbit kode pos seluruh Indonesia.


Kata pahlawan memiliki sinonim yaitu patriot. Dalam kajian etimologis, Pahlawan berasal dari “phala” yang merupakan bagian Bahasa Sansekerta yang artinya hasil atau buah. Hasil atau buah dari perbuatannya yang mulia, bermanfaat bagi masyarakat. Akhirnya orang yang melakukan perbuatan mulia itu disebut Pahalawan.

Pahalawan, akhirnya diartikan sebagai orang yang berpahala. Pahala di sini maksudnya ganjaran atas amal perbuatannya yang baik. Pahalawan kemudian mengalami perubahan kata menjadi Pahlawan. Menurut KBBI, Pahlawan berarti orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, serta perjuangannya yang gagah berani.

Pahlawan merujuk pada seseorang yang berpahala karena perbuatannya yang berhasil bagi kepentingan orang banyak. Perbuatannya memiliki pengaruh terhadap tingkah laku orang lain, karena dinilai mulia dan bermanfaat bagi umat manusia. Pahlawan juga seseorang yang berbakti kepada masyarakat, negara dan bangsa, tanpa menyerah mencapai cita-citanya yang mulia sehingga rela berkorban demi tercapainya tujuan yang memberikan manfaat bagi kejayaan bangsanya.


Meski sebenarnya masih banyak lagi pemuda-pemuda Jombang yang gagah berani yang gugur membela negara. Perbuatan dan amal baik mereka, banyak yang namanya tak tercatat dalam sejarah. Jalan Pahlawan ini setidaknya merupakan perwujudan bentuk sekelumit penghargaan atas jasa-jasa mereka dalam mempertahankan kemerdekaan yang kini kita nikmati sekarang.


 “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa pahlawannya”

Jalan Pahlawan Jombang
Kelurahan Wersah, Kepanjen,
Kabupaten Jombang



Berbeda dengan nasi pada umumnya, nasi bumbung dimasak menggunakan batang bambu sehingga memunculkan wangi yang khas dan aromanya dijamin menambah selera makan. Kuliner unik nan langka ini bisa dijumpai di Kawasan Wisata Coban Selo Lapis Dusun Mendiro, Panglungan Wonosalam Jombang.

Dibakar di atas api yang membara

Ide memasak dengan bumbung atau batang bambu ini awalnya muncul dari kebiasaan warga yang bekerja dengan menjelajah hutan. Banyak warga yang mencari jamur, madu, kayu dan aneka kekayaan alam di hutan sehingga membuat mereka kadang harus bermalam di hutan untuk beberapa waktu. Karena sering tidak pulang, warga selalu membawa bekal berupa beras, lauk dan peralatan seadanya untuk menyambung hidup di tengah hutan. Warga mendiro sudah terbiasa dengan lauk seadanya, misalnya sayur lalapan dan jamur yang didapat dari gunung.



Konon, nasi bumbung ini dibuat nenek moyang ketika merasa lapar saat penjelajahannya. Berhubung ada banyak bambu di tengah hutan yang bisa digunakan sekaligus memiliki ruang di tengah ruasnya, akhirnya ide mengisinya dengan beras pun tercipta. Menanak nasi di dalam batang bambu pun akhirnya menjadi kebiasaan para penjelajah hutan setempat.

Penampilannya sama, tapi aromanya jelas beda

Dari penampilannya, nasi bumbung sama dengan nasi pada umumnya. Yang membuat berbeda adalah cara pengolahannya. Nasi Bumbung adalah nasi yang dimasak dengan bambu, jadi batang bambu itulah yang digunakan sebagai ‘rice cooker’ untuk menanak nasi.  Jadi prosesi ini semacam  menanak nasi dengan media alam nan tradisional.

Membakar Nasi Bambu Bakar

Mirip dengan nasi bakar, namun media pelapisnya bukan daun pisang tetapi dengan bambu. Selama ini jenis makanan yang kita kenal dan dimasak dengan bambu adalah kue putu yang terbuat dari beras ketan. Jadi nasi bumbung seakan merupakan bentuk jumbo dari kue putu, tetapi dalam versi berasnya. Tak heran, saat menyantap nasi bumbung, muncul aroma yang mirip dengan wangi yang kita rasakan saat menyantap kue putu.

Proses Membuat Nasi Bumbung

Bumbung berasal dari Bahasa Jawa yang artinya bambu. Bambu yang digunakan harus bambu pilihan yang pas usianya, tidak terlalu muda juga tidak terlalu tua. Batang bambu yang digunakan sebaiknya batang yang besar sehingga muat dipakai menampung nasi yang banyak. Biasanya, seruas bambu nasi bumbung ukuran standar bisa dihidangkan untuk lima orang. Umumnya bambu yang digunakan adalah bambu petung atau bambu betung yang merupakan spesies bambu raksasa dengan diameter lebih dari 6 cm dan panjang lebih dari 12 cm.

Bambu dilubangi dan beras dimasukkan

Cara memasak nasi bumbung sangat sederhana tapi unik dan melewati fase yang agak panjang dan terkesan masih sangat tradisional. Mula-mula, seruas batang bambu dilubangi dan dibersihkan, kemudian dimasukkan beras sepertiga bagian ruas ke dalamnya. Setelah itu air dan beras secukupnya dituangkan ke dalam lubang yang sebelumnya telah dibuat di batang bambu. Bambu kemudian ditutup ulang dan diletakkan melintang di penyangga. Bambu pun dibakar diatas bara api yang dinyalakan di bawahnya.

Butuh sekitar satu jam supaya nasi matang

Seluruh proses pembuatan nasi bumbung diperkirakan membutuhkan waktu sekitar satu jam. Sembari menunggu nasinya matang, saatnya menyiapkan aneka lauk dan sayuran sebagai pelengkap sajian seperti ikan asin, tahu tempe goreng, urap-urap dan sayur kangkung. Tak lupa sambal seret disiapkan.

Bambu dibelah

Bambu diangkat, kemudian dibelah untuk mengeluarkan nasi yang ada di dalam ruas bambu. Tetapi sebelum dipecah, bambu terlebih dahulu dibersihkan arang sisa pembakarannya. Setelah satu jam proses ‘menanak’ nasi di batang bambu, nasi bumbung siap disajikan. Hasil kukusan tersebut memberikan aroma yang khas dengan nasi yang pulen nan hangat menggoda.

Lauk ditambahkan

Sebagai sajian khas tengah hutan belantara, cara menyantapnya hidangan tradisional ini pun unik, yaitu disajikan tanpa piring. Sebagai gantinya, daun pisang segar nan lebar digelar dan ditata memanjang menjadi alas makan bersama.. Nasi bumbung yang sudah matang diletakkan di atas daun. Di atas nasi, dibubuhkan aneka lauk dan sambal seret. Lalu para hadirin mengelilingi hidangan dan makan bersama.

Menggelar daun pisang

Istilah makan bersama ini sering disebut dengan purakan, dan menciptakan kebersamaan dan mempererat rasa kekeluargaan. Ada pula yang menyebutnya Sego Gropyokan atau Sego Royokan, karena makan dalam satu alas bersama-sama. Makan bersama-sama dengan alas daun pisang memanjang ini kerap disebut Mayoran oleh golongan santri, karena kegiatan santap-menyantap cara ini sering dilakukan di dalam pesantren.

Mayoran

Santapan ini paling cocok dimakan dengan sambal seret. Sambal seret adalah sambal kemiri yang biasa dilengkapi dengan lalapan daun singkong. Entah mengapa dinamai sambal seret, bisa jadi karena diramu di dalam hutan dengan peralatan seadanya sehingga mungkin terasa agak seret. Tapi tentunya tidak akan mengurangi kenikmatan menyantapnya. Resep sambel seret banyak tersedia di menu masakan online, tinggal ketikkan sambal kemiri maka akan banyak alternatif variasi yang bisa dipilih.

Sambel Seret

Kemiri juga yang menjadi elemen utama sambal seret, karena Dusun Mendiro memang banyak ditumbuhi kemiri. Kemiri pun kini menjadi identitas baru Mendiro. Selain sebagai tumbuhan warisan kearifan lokal, penggerak kelestarian lingkungan ECOTON dan Padepokan Wonosalam Lestari memang sedang gencar-gencarnya melakukan penanaman kemiri. Karena tanaman ini adalah salah satu tumbuhan yang banyak menyimpan air sehingga baik untuk resapan air dan memunculkan mata air.

Bambu Betung

Prosesi

Kuliner ini sudah jarang ditemui di masyarakat karena berkembangnya teknologi yang mendukung dunia kuliner. Selain itu, sajian dengan cara masak yang unik ini pun juga makin jarang karena repotnya prosesnya, serta populasi hutan bambu yang makin menipis akibat pembukaan lahan dan penggunaan batangnya untuk bahan bangunan dan kerajinan.


Tak banyak restoran yang menjual nasi yang dibakar di dalam batang bambu ini. Berangkat dari eksotisme itu, para pecinta kuliner kini membuat kreasi nasi bambu yang kembali dipopulerkan beberapa restoran di ibukota. Gaya pembuatannya bisa berbeda-beda, meski tetap dengan pakem memasak nasi dalam batang bambu.


Misalnya nasi bumbungnya diolah mirip nasi bakar, yaitu dimasak bersamaan dengan berbagai bumbu, baru dimasukkan ke dalam seruas batang bambu. Kadang juga ada variasi dengan membalut nasi yang sudah dibumbui dengan janur kuning sebelum dimasukkan ke dalam batang bambu.


Awalnya beras dimasak sampai setengah matang, lalu dicampur dengan potongan daun kemangi, wortel, sawi, telur, sosis, atau ikan asin dan tak lupa dibubuhi daun bawang serta dibungkus daun nyiur. Bungkusan mirip nasi bakar itu kemudian dimasukkan ke dalam seruas bambu, lalu dibakar. Cara menyantapnya lebih praktis, tinggal menarik ujung daun nyiur yang sengaja ditata sedemikian rupa sehingga penyantapnya mudah menariknya ketika akan memakannya.


Beberapa kuliner nusantara juga memiliki variasi dalam pembuatan nasi bambu bakar ini. Entah dari bumbunya, cara masaknya, bahkan prosesi pembakarannya seperti ditata berdiri, bukan telentang. Meski tak banyak, namun  pilihan kembali pada selera para penikmat kuliner sendiri.


Menu nasi bumbung dibanderol super murah di kawasan Air Terjun Selo Lapis. Hanya Rp.8000 rupiah per porsi kita bisa menikmati sensasi kuliner tradisional yang unik nan langka. Meski sudah dilipiut televisi nasional, sayang seribu sayang kuliner khas tengah hutan ini tak lagi dijajakan di warung-warung kawasan Coban Selo Lapis karena sepinya permintaan dan wisatawan. Warung-warung itu pun kini kukut, bisa jadi karena belum banyak yang mengetahui eksistensi kuliner unik ini.


Di Mendiro, nasi bumbung warisan nenek moyang ini nyaris punah. Agar tidak punah, Nasi Bumbung kini dihidupkan lagi oleh para pemuda penggerak wisata desa Mendiro sebagai bentuk kecintaan terhadap warisan leluhurnya. Sajian kuliner unik ini kini dimasukkan dalam satu paket wisata di Coban Selo Lapis sebagai salah satu daya tarik pariwisata sehingga diharapkan bisa kembali menaikkan pamornya serta menggoda para wisatawan untuk mencicipinya.



Satu-satunya cara untuk menikmati kuliner nasi bambu bakar ini hanya dengan memesan jauh-jauh sebelumnya pada Mas Udin Sewu Siji yang merupakan salah satu personel pemuda penggerak pariwisata Wonosalam regional Panglungan dan pemilik wisata Gowes Motor. Mas Udin sendiri, sehari-hari bekerja sebagai teknisi di bengkel rosok miliknya yang tak jauh dari tikungan Pucak Sigolo-Golo. Nantinya Mas Udin sendirilah yang akan mencari bambu betung terbaik di hutan untuk dijadikan wadah untuk prosesi memasak nasi bumbung khas mendiro.

Mas Udin Sewu Siji

Wisatawan yang penasaran dengan sensasi kuliner nasi bambu bakar ini, bisa merequest lauk apa yang akan melengkapi sajian nasi bumbung kebanggaan warga Dusun Mendiro ini. Bisa sederhana seperti kebiasaan setempat, bisa agak mewah seperti lauk ayam atau ikan. Semua tinggal mengorder langsung ke Mas Udin Sewu Siji. Tentunya, order harus dilakukan jauh-jauh hari sebelumnya untuk memberikan kesempatan Mas Udin berbelanja dan menyiapkan segalanya.


Kebetulan, sebuah kegiatan yang digelar Explore Wonosalam baru saja diselenggarakan. Acara berupa open trip yang berisi jelajah hutan bersama menuju Air Terjun Sekar Pundak Sari yang berada di tengah rimba Wonosalam dilengkapi dengan makan Nasi Bumbung bersama.


Menyantap nasi bumbung di tengah hutan seperti yang dilakukan Explore Wonosalam adalah sebuah pengalaman yang tak terlupakan dan pastinya menimbulkan candu dan rindu untuk menikmatinya lagi. Sedangkan yang belum sempat menikmatinya, pasti ngiler dan ingin segera mencicipinya.


Kuliner ini lebih lezat disajikan dengan lauk sederhana karena harum bambu menghasilkan aroma yang tidak pasaran sehingga menciptakan citarasa yang berbeda dan menambah selera makan. Makin sederhana, sensasi kuliner khas hutan belantara makin nikmat. Terlebih lagi disantap setelah melakukan penjelajahan hutan, menyaksikan keindahan Lereng Anjasmoro.


Meski demikian, para penggila nasi bumbung yang mungkin ingin menyantap menu yang tidak sederhana bisa tetap menikmati variasi lauk lain seperti ikan, ayam, bebek, cumi, lele, telur atau bahkan udang. Tapi mungkin perlu upaya lebih banyak untuk menyiapkannya, waktu lebih lama untuk meramunya, lebih repot memasaknya, dan sumber daya yang lebih banyak untuk mengalokasikannya.


Nasi bumbung sambal seret dan teh basil adalah santapan khas destinasi Coban Selo Lapis dan kini menjadi kuliner andalan warga Mendiro. Bersanding dengan Teh Basil, Nasi Jagung, Kolak Ketan Durian dan Sambal Durian sebagai sajian khas Lereng Anjasmoro, Nasi Bumbung menjadi daya tarik kuliner tambahan yang memikat para wisatawan yang bertandang ke Wonosalam .


Kuliner yang sudah menjadi tradisi turun temurun warga Mendiro sangat pas disantap di hawa sejuk khas pegunungan anjasmoro. Tak jauh dari Mendiro, juga ada Sungai Boro yang jernih dan Gua Sigolo-Golo beserta Bulu View-nya yang eksotis. Selain Nasi Bumbung, wisatawan bisa menikmati pemandangan indah ala Good View, indahnya air terjun selo lapis dan menjelajah Bukit Selo Ringgit. Meskipun dengan lauk seadanya, wisatawan yang menikmati sensasi kuliner nasi yang dibakar di dalam bambu ini tetap bisa menikmatinya. Candu dan rindu…


Nasi Bumbung Khas Mendiro
Dusun Mendiro, Desa Panglungan
Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang
Pemesanan Nasi Bambu Bakar :
Mas Udin Sewu Siji - 082331447658



Guardian Jungle Park Wonosalam



Gurdian Jungle Park adalah salah satu dari sekian banyak arena outbound dan bumi perkemahan yang ada di Wonosalam. Bertempat di Jalan Raya Comboh 9, Kosambiwojo Desa Sambirejo, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang, Guardian Jungle Park juga menjadi salah satu destinasi dan alternatif jujugan para wisatawan yang ingin menghelat acara untuk komunitasnya.





Guardian Jungle Park kerap digunakan untuk acara tertentu seperti upgrading, perkumpulan komunitas tertentu, bahkan acara wisata liburan keluarga seperti arisan. Di Guardian Jungle Park, rombongan pengunjung bisa melakukan aktivitas outbound namun dengan membawa trainer sendiri. Konsepnya, Guardian hanya menyediakan area untuk acara, pengunjung bisa menggunakannya dengan booking sebelumnya.




Lokasi Guardian Jungle Park, tak jauh dari Permata CAI dan masih satu desa dengan Rumah Madu Samsi. Akses jalannya sudah beraspal dan bisa dilalui oleh kendaraan roda empat.





Gerbang masuk Guardian Jungle Park dilengkapi sebuah lengkungan di atasnya yang ditumbuhi tanaman merambat. Jadi seperti sebuah gerbang hijau yang makin indah saat bunga-bunga yang tumbuh di situ bermekaran.





Memasuki lokasi, tampak resepsionis sedang sepi dan tak ada kegiatan yang sedang dilakukan. Resepsionisnya pun sedang direnovasi sehingga petugas sedang berkonsentrasi dengan pekerjaannya. Tampak ada papan nama bergambar gunung dan bertuliskan nama lokasi yang dilabeli dengan motto Go Green.






Selain sebagai lokasi perkemahan yang menyediakan lahan untuk camping dan outbound yang mampu menampung sekitar 200 orang, Guardian juga punya beberapa ruangan dan cottage yang bisa digunakan untuk bermalam, dan bisa disewa perorangan.



Guardian Jungle Park, memang bisa dijadikan alternatif rombongan yang mungkin ingin mencari penginapan di Wonosalam. Apalagi saat Festival Kendurenan yang menjadi puncak musim durian di Wonosalam, dimana hampir semua penginapan dan villa di Wonosalam (seperti Padepokan Wonosalam Lestari, Villa Al-Faried, dan Villa Kampoeng City) yang jumlahnya tak banyak itu yang juga sudah penuh.




Ada banyak ruangan bernuansa kayu dan anyaman yang berderet. Tiap ruangan itu diberi label dengan nuansa nama tanaman tradisional seperti kaspe, jlarut, sente, talas, dan masih banyak lagi. Ruangan-ruangan ini dilengkapi dengan kasur busa yang akan ditata ketika akan digunakan. Kamar mandi berada di luar ruangan yang berada tepat di samping deretan ruangan. Ruangan ini bisa disewa dengan tarif Rp. 250,000,- per malamnya.






Untuk villa atau cottage, berada di seberang lokasi ruangan kayu dan anyaman. Bertempat di depan kebun bunga Kana, seakan memanjakan mata pengunjung yang menginap. Pemandangan yang begitu indah terutama saat membuka pintu di pagi hari.





Cottage ini dilengkapi kamar mandi dalam, dengan sebuah kamar tidur dan ruang tengah yang dilengkapi dengan televisi. Tentunya, ruangan juga akan disiapkan ketika akan digunakan. Villa mungil ini bisa disewa dengan tarif Rp. 400.000,- per malamnya.








Di samping cottage terdapat beberapa gazebo untuk duduk dan menikmati suasana dan hawa lereng Anjasmoro yang sejuk. Terdapat kolam teratai serta lapangan kecil yang dikelilingi pepohonan dan bunga-bunga bermekaran. Pemandangan yang begitu indah dan halaman kecil itu bisa digunakan anak-anak untuk berlarian. Sebuah nuansa kesejukan pegunungan yang tak bisa didapatkan di perkotaan.







Tak jauh di samping gazeb-gazebo itu, terdapat ruang makan yang disediakan untuk rombongan pengunjung yang bermalam. Fasilitas makan ini, hanya disediakan Guardian bagi pengunjung yang booking minimal 15 orang, dan tidak berlaku untuk penyewa yang menginap perorangan non-rombongan.





Sebenarnya, Guardian Jungle Park tak dibuka untuk umum, dan hanya terbuka bagi para peserta acara yang telah dibooking. Berhubung Jombang City Guide perlu survey dan liputan, petugas jaga yang bernama Mas Antok dengan begitu ramah menunjukkan fasilitas dan segala kelengkapan yang ada di lokasi.




Di Guardian Jungle Park, juga terdapat meeting room, area pemancingan, dan off road track. Off road track ini merupakan fasilitas menjelajah keliling wonosalam dengan mobil Land Rover yang diparkir di garasi. Off road ini bisa dibooking dengan tarif Rp. 15.000,- per orang dan bisa berangkat minimal 10 orang peserta.



Stres karena off roadnya baru jalan kalau yang naik 10 orang


Berhubung lokasi outbound agak jauh masuk ke dalam gerbang batu yang berada di dekat parkiran, Jombang City Guide tak bisa melihat langsung tempatnya. Kebetulan tak ada rombongan yang sedang melakukan aktivitas di lokasi sehingga Jombang City Guide pun tak bisa melakukan reportase. Mungkin ada yang punya acara di sana??




Ternyata, pemilik Guardian Jungle Park adalah orang yang sama dengan owner baju muslim Dannis yang terkenal itu. Ibu Tati Hartati, yang kerap dipanggil Bu Cici, sering berkunjung ke lokasi wisata miliknya ini saat lebaran tiba. Ibu Cici yang aslinya orang Sunda ini hijrah ke Surabaya mengikuti suami. Selain memiliki bisnis baju Dannis Collection, rupanya juga melebarkan sayap dengan budidaya tanaman.




Rupanya, Guardian Jungle Park juga punya flower farm yang berada tak jauh dari lokasi area camping dan outbound. Flower farm ini semacam kebun-kebun dan lokasi pembudidayaan tanaman hias yang hasilnya dijual di luar kota.




Flower farm ini juga yang menyediakan pasokan sayuran dan bahan makanan untuk pengunjung yang menginap di Guardian Jungle Park. Sayangnya lokasi ini sepertinya bukan untuk dikunjungi. Padahal bila dibuka untuk umum, bisa jadi potensi wisata kebun bunga yang oke dan wisata belanja tanaman yang keren. Ada kudanya juga.

  


Guardian buka setiap hari, mulai pukul 07.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB. Jadi kalau mau lihat dan survey, bisa bangeett. Hhmmm…  Wonosalam memang punya sejuta potensi. Kalau bikin acara, bisa pakai Guardian Jungle Park lho…


Guardian Jungle Park
Jl. Raya Comboh no. 9
Desa Sambirejo
Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang

Booking and Reservation : Mas Robi - 081 515 266 262