Goa Jepang di Alas Gedangan, yang dulunya dijadikan tempat persembunyian senjata tentara Jepang sekarang dijadikan tempat wisata yang menarik untuk kalangan muda. Pihak Perhutani selaku pengelola menggandeng karang taruna setempat untuk menyulapnya menjadi destinasi wisata baru yang tak hanya menyuguhkan nilai sejarah tapi juga rekreasi yang digandrungi anak muda masa kini. Kids Jaman Now gitu loh.
Alas Gedangan, masuk dalam wilayah kecamatan Mojoagung. Lokasinya yang berada di jalur menuju Wonosalam membuat Wana Wisata Goa Jepang ini sering dikira bagian dari Wonosalam. Memang, lokasinya hanya setengah kilometer dari perbatasan Mojoagung-Wonosalam, dan hanya 8 kilometer jaraknya dengan Bukit Hijau Pinus yang menyajikan destinasi wisata sejenis. Bedanya, di Gua Jepang ini terhampar pepohonan Jati, sehingga layak pula disebut Bukit Jati.
|
Tentara Jepangnya sudah minggat karena kalah perang |
|
Seperti di Taman payung tapi versi bola |
|
Pagar Bambu |
Dinamakan Alas Gedangan, karena lokasinya yang berada di hutan yang terhampar di daerah Gedangan Mojoagung, yang merupakan bagian dari tanah Perhutani. Gedangan ini juga merupakan pintu masuk ibukota kerajaan Majapahit bagian timur yang berada di Jombang.
|
Bukit Jati |
|
View Jurang |
Untuk menuju tempat wisata yang terletak di bukit yang dipenuhi pohon jati ini sangat mudah dan bisa dicapai dengan mobil. Dari pertigaan terminal Mojoagung yang ada Menara Air adik kecil watertoren Ringin Conthong itu, kita kearah selatan. Sebelum jembatan besar, ada pertigaan Mojolegi, kita belok kiri mengikuti rambu penunjuk arah yang menyatakan arah menuju Wonosalam dan Agrowisata Panglungan.
|
Jalan menuju lokasi sudah aspal |
|
The Gate |
Lurus terus hingga berjumpa dengan jalan bercabang, kita ambil arah kanan. Ikuti arah jalan hingga habisnya rumah-rumah penduduk, berarti kita sudah masuk Alas Gedangan. Lanjut ikut arah jalan hingga kita bertemu dengan gapura di kiri jalan yang sudah dihias bertuliskan “Selamat Datang di Wana Wisata Goa Jepang” yang menandakan kita sudah tiba di lokasi.
|
Gerbang di pinggir jalan aspal |
Untuk masuk ke tempat wisata naungan Perhutani ini, kita kini diwajibkan membayar Rp. 5000,- per orang yang dibayarkan di loket masuk di sebelah gapura. Bayi dan anak-anak digratiskan, termasuk yang dibawa Jombang City Guide.
|
Loket |
|
Parkir roda 4 |
Tarif parkir untuk mobil seharga sepuluh ribu rupiah dan motor separuhnya. Petugas yang berjaga di lokasi adalah karang taruna setempat, dan seluruh tiket hasil parkir dan karcis masuk diserahkan ke PLH Perhutani sebagai pihak pemilik lokasi wisata.
|
Parkir Sepeda Motor |
Wana Wisata Gua Jepang yang merupakan destinasi utama di tempat ini, kini dilengkapi dengan spot foto dan rumah kayu serta berbagai infrastruktur lain yang memungkinkan membuat lokasi ini makin populer.
|
Rumah Kayu |
|
Sambil Ngupil |
|
Kayunya agak kurang halus, awas telusupen |
|
Menuju Spot Selfie |
|
Menuju area selfie |
Gardu pandang sebagai spot foto ini kini lebih populer dibandingkan Gua Jepangnya sendiri, karena pengunjung lebih memilih untuk berfoto ria di spot selfie sedangkan tak banyak yang mau turun karena medan yang terjal dan yah.. tau sendiri lah namanya gua…. Bismilah dulu…
|
Nongkrong |
Spot Foto ini terdiri dari banyak gardu pandang, dimana di Wana Wisata Goa Jepang ini menyuguhkan pemandangan latar jurang yang terhampar di sejauh mata memandang, sebagai view dari hutan pegunungan Anjasmoro. Memang, lokasi Wana Wisata Gua Jepang ini ada di lereng yang di bawahnya menuju jalan masuk ke Gua Jepang.
|
Bunga Ungu di tengah hijaunya hutan |
|
Deretan Gardu Pandang untuk berfoto ria |
Gardu Pandang yang tersedia di sini salah satunya di balkon bambu yang biasa dijadikan foto sambil bubuk di hammock. Di sini hammock akan dipasang oleh petugas bila kita memesannya. Cukup dengan membayar Rp. 3000,- kita bisa berfoto dengan gaya ala Bibi Lung-nya Yoko. Xixixix….. Awas Ceblok.
|
Mengambil gambar di balkon Hammock tanpa hammock |
Berfoto di hammock agak spesial dan harus membayar karena perlu pendamping sebagai bagian dari faktor keamanan sebab lokasi berada di bibir jurang.
|
Ayunan Jomblo : Sayangnya saya bukan Jomblo lagi |
Karena lokasinya yang berada di bibir jurang, para pengunjung juga harus berhati-hati karena untuk menuju lokasi gardu pandang sebagai spot foto juga agak curam. Pengunjung yang membawa anak-anak, apalagi bayi seperti yang Jombang City Guide gembol, harus ekstra hati-hati dan penuh kewaspadaan karena selain curam, tanahnya juga cukup mbreseti sehingga rawan terperosok. Selain itu saat mengambil gambar di gardu pandang, juga harus melawan rasa mbediding terutama tak adanya jaring pengaman terkait keselamatan para pengunjung.
|
Takut Kepreset : Ndeprok aja wes |
|
Unicorn-Pegasus Kebles |
Sedangkan gardu pandang yang lain, seperti bentuk hati, Unicorn-Pegasus yang sama sekali nggak nyambung dan aneh bentuknya, bundaran warna-warni, teratai ungu, dan sarang burung, dipasang berjajar sehingga kita bisa lebih banyak pilihan bergaya di depan kamera.
|
Dereta Gardu Pandang |
Dulunya, untuk berfoto di setiap gardu pandang dikenai biaya Rp. 2000,-, namun kini semuanya sudah digratiskan kecuali spot foto dengan hammock. Mungkin tarif foto dengan gardu pandang ini sudah mencapai break even point dan dicover oleh tiket masuk yang dibayarkan di loket sebelah gapura.
|
Mas mas, ngapain? |
|
Mbediding |
Departemen Pengesahan dan Perizinan
Dalam kesempatan kali ini Jombang City Guide tidak turun untuk masuk ke Gua Jepang, karena Kepala Departemen Pengesahan dan Perizinan tidak memberikan restu. Wew… Mungkin dalam kesempatan lain, namun artikel tentang Gua Jepang bisa dicicil di sini. Tapi yang pasti, menurut Mbah Nduk, lokasi Gua Jepang ini ditemukan secara tidk sengaja ketika petugas perhutani sedang menjelajah.
|
Mbah Nduk |
Di bawah Gua Jepang juga terdapat sungai yang bisa dikunjungi namun medannya cukup terjal sehingga banyak pengunjung yang mungkin lebih memilih untuk melewatkannya.
Fasilitas yang sudah ada di sini selain tempat parkir roda dua dan empat adalah gazebo unik untuk duduk, dan toilet yang kita perlu membayar dengan selembar dua ribu rupiah sekali masuk.
Pengunjung yang lupa tak membawa bekal namun lapar di lokasi bisa memesan makanan di waruing-warung yang ada di lokasi. Menu yang ditawarkan berkisar makanan dengan nuansa ndeso seperti nasi lalapan, pecel lele, dan sego jagung. Ada pula yang menjual bakso. Kebetulan kami hanya memesan nasi wader dan lalapan iwak kuthuk serta es janggelan yang super segar.
Lokasi Wana Wisata Gua Jepang ini terlihat gersang. Berada di hutan Jati, nuansanya berwarna coklat sehingga berkesan kering. Bisa jadi karena masih musim kemarau sehingga dedaunan berguguran, atau karena hujan masih malu-malu untuk turun membasahi bukit jati ini.
|
Coklat |
|
Bebatuan |
Sepertinya perhutani sebagai pihak pengelola juga tidak terlalu berambisi untuk menghiasinya dengan aneka bunga seperti yang ada di Wana Wisata Selo Ageng. Hanya bebatuan besar yang bertebaran di berbagai tempat, mungkin hasil warisan aktivitas vulkanik di masa lalu.
|
Batu-batu besar bertebaran |
Saat terbaik untuk berkunjung ke Bukit Jati ini adalah pagi hari saat matahari terbit atau ketika dhuha. Ini disebabkan, bukit Jati diatas Gua Jepang ini menghadap ke timur dimana matahari keluar dari peraduannya. Saat itulah potret yang dihasilkan paling apik dan bisa menghasilkan warna biru untuk langit dengan awan putih berarak. Semua itu karena pencahayaannya pas, sehingga beberapa blogger menyebut Bukit Jati diatas Gua Jepang ini sebagai Bukit Sunrise.
Tentunya, sebagai pengunjuing dan wisatawan yang beradab, hendaknya kita tidak membuang sampah sembarangan, termasuk puntung rokok. Selain itu sebaiknya tidak merokok di samping anak kecil sebagai bentuk respek kita terhadap hak orang lain untuk menghirup udara segar di ruang terbuka.
Dunia pariwisata Jombang yang sebelumnya agak lesu, kini makin menggeliat. Wana Wisata Goa Jepang salah satunya, selain bisa menikmati pemandangan hijaunya hutan pegunungan Anjasmoro, berfoto ria, kita juga bisa berwisata sejarah napak tilas sisa Perang Dunia II. Plesir budget murah, cuci mata tapi juga tambah pinter dan sambil berfoto ria.
|
Sssst.... adik bayinya bubuk! |
Wana Wisata Goa Jepang
Alas Gedangan, Mojoagung, Jombang
Buka Setiap Hari
Mulai pukul 06.00 – 17.00 WIB
Gua Jepang Alas Gedangan : Persembunyian Senjata Tentara Nippon |
Menurut KBBI, penulisan yang benar adalah Gua, bukan Goa Dan harusnya ditulis 'ke arah', bukan 'kearah' |
Wana Wisata Gua Jepang Alas Gedangan Mojoagung memang menyajikan dua jenis wisata sekaligus. Pertama adalah wisata sejarah gua tentara Jepang yang dulunya merupakan tempat persembunyian senjata Nippon. Kedua, wisata panorama hutan dan jurang yang bisa dijadikan tempat pemotretan ataupun foto selfie. Spot selfie dengan view jurang, sudah dibahas Jombang City Guide di postingan Cuci Mata di Wana Wisata Gua Jepang.
|
Pohon Ungu di tengah Pepohonan Hijau |