Warung MiTro : Mie Pak Potro Mojoagung


Sreng... sreng.. sreng... bunyi spatula beradu dengan kompor yang tangkas dipegang oleh Sang Koki. Asap penggorengan membahana, aromanya sedap membuat yang sudah makan pun jadi ingin makan lagi...

Asapnya Kebul-Kebul

Ya, itu adalah suasana di depan Depot Mitra Mojoagung. Depot Mitra adalah Warung Mie milik Pak Potro yang ada di Jalan Raya Mojoagung, di samping Alun-Alun Taman Mojoagung. Apabila Anda ada di perjalanan Jombang arah Surabaya, sebelum Taman Mojoagung kiri jalan, depan Kantor Cabang BRI Mojoagung, kita akan temukan warung yang ramai oleh pelanggan-pelanggan yang lapar duduk manis mengantre di Warung Pak Potro.




Duduk Manis menanti pesanan

Buka mulai maghrib hingga sekitar pukul satu dinihari, warung ini tak pernah sepi andokers setianya. Warung ini rupanya diisi shift pagi yang menjual aneka makanan lain seperti rawon dan sayur asem. Jombang City Guide belum pernah mencobanya, tapi kami memang langganannya sama Pak Potro yang malam sih….



Selalu Ramai


Nama beliau adalah Pak Potro, yang membuka warung mie ini sejak tahun 1950. Mungkin masyarakat sudah sangat mengenal warung Pak Potro ini akhirnya menyingkat namanya menjadi Warung Mitra, Warung Mie-nya Pak Potro.



Jombang City Guide ingat, dulunya warung ini berada di deretan terdepan pasar Mojoagung yang kini sudah diubah menjadi taman kota karena mengalami kebakaran berkali-kali. Karena pasar Mojoagung sudah dipindah, dan ex-pasar sudah dialihfungsikan, warung ini kini buka di sebuah ruko tak jauh dari lokasinya terdahulu.



Ayah dan Kakek Jombang City Guide adalah penggandrung makan yang dijual di warung Patra ini. Bahkan Kakek Jombang City Guide yang rumahnya Brangkal Mojokerto sering sekali mengutus seseorang naik bis hanya untuk membungkus mie buatan Pak Potro ini. Jaman dulu gak ada Gojek sih, eh di Jombang sampe sekarang belum ada juga yey. Biasanya selain membeli Mie Pak Potro ini, Kakek Jombang City Guide juga membeli Rawon Rosobo. Wajarlah karena lokasinya berdekatan. Mesisan. Xixixi...


 

Mie Goreng yang dijual di sini adalah kuliner legendaris Jombang regional Mojoagung. Sebenarnya di shift malam warung ini tidak hanya dijual mie goreng saja, tapi juga makanan seperti nasi goreng dan mie godhog alias mie rebus yang juga tak kalah enaknya.




Stok Arang

Masih menjaga konsistensi dengan memasak diatas bara arang Mie Pak Potro ini tak pernah sepi. Kibasan kipas para kru bergantian menjaga arang tetap membara. Ketika ditanya, kenapa masih eksis dengan arangnya, mereka dengan mantap menjawab untuk menjaga citarasa dan warisan tradisi dari Abah (Pak Potro). 

Bergantian Mengibas Arang

Spesial Pakai Telor



Yang Jombang City Guide paling suka saat andok di sini adalah Anda bisa mengambil acar ketimun sepuasnya karena disajikan dalam mangkuk besar yang diletakkan di setiap meja, seperti layaknya kita bisa menikmati sambal dan kecap sepuasnya di tempat andok lain.

Acar Sepuasnya

Sabar Menanti

Bila andok di sini maka Anda sebaiknya sabar mengantre, karena banyaknya pengunjung lain meski makanan diolah dengan sangat terampil. Pelayanan lumayan cepat dengan para kru yang sangat sigap, santun dan ramah.



Kru yang santun

Makan sambil merokok

Selain itu harus sabar juga karena pengunjung lain terkadang terlalu asyik sendiri menghisap batangan racun yang dibakar, tanpa peduli pembeli lain seperti bayi dan anak-anak maupun orang-orang seperti Jombang City Guide yang kelagepen.

Berdiri aja wes
Kalau di dalam kelagepen rokok...
Selain itu Jombang City Guide selalu memesan makanan tanpa vetsin di sini, sehingga saat pengolahannya, Sang Koki tak membubuhkan bubuk MSG ke dalam hidangan kami.


Warung Pak Potro ini kini dikelola oleh Yodi Sang Cucu karena Pak Potro dan anaknya yang didapuk melanjutkan dinasti Mitro pun sudah meninggal dunia. Mengenai segi rasa, memang sedikit berbeda di masa Pak Potro, tapi itu sedikit sekali, tidak usah khawatir akan merasakan mie atau nasi goreng yang tidak lagi enak karena konsistensi rasa masih terjaga.

Yodi The Grandson

Lebih dari usia platinum perjalanan bisnis kuliner legendarisnya, kini banyak warung yang menjual menu sejenis di sekitar warung Pak Potro. Bahkan seorang mantan pegawai Pak Potro kini membuka warung yang sama di seberang jalan tempat Warung Pak Potro ini berdiri. Warung pegawai ini juga memiliki citarasa yang mirip dengan milik Pak Potro.




Tapi kalau ada yang asli kenapa pilih yang tiruan. Heheheh.... Hingga kini, warung Mitro Pak Potro yang legendaris ini, tetap berjaya dan yang paling dituju pelanggan. Oiya Pak, Jombang CIty Guide pesan tanpa micin lho ya!!!

 

Mas mas mas... aku pesen nggak pake micin lho ya....

Depot Mitra Pak Potro
Jl. Raya Mojoagung
Buka setiap hari
Pukul 17.30-01.30 WIB
085719226665



Masjid Moeldoko termasuk masjid baru di Jombang. Didirikan atas pendanaan sepenuhnya mantan Panglima TNI Jendral Moeldoko atas kecintaannya terhadap masa remajanya di Jombang. Meski bergaya mirip Turki Usmani, masjid ini tidak dinamai kearab-araban seperti nama masjid pada umumnya,. Masjid ini dinamai Masjid Moeldoko seperti nama Sang Jendral, yang pernah mencicipi jabatan tertinggi karir seorang prajurit di negeri ini.  Jendral Moeldoko menambah rentetan orang penting di Indonesia yang pernah mencicipi teduhnya suasana di Kota Santri.

Gaya Turki Usmani, Suasana nJombangan


Ya, Jendral Moeldoko memang lahir di Kediri, namun menghabiskan masa remajanya di Jombang. Dulunya beliau ikut tinggal bersama kakaknya di Kota Santri dan bersekolah di SMA 2 Jombang. Selama perjalanan dari Kediri ke Jombang, beliau selalu melewati rute ini ketika naik bus umum antarkota. Dari sinilah kenangan itu dibangkitkan beliau dengan mendirikan sebuah masjid yang juga berfungsi sebagai rest area untuk para musafir dalam perjalanan.



Masjid Moeldoko berdiri di tempat yang sangat strategis, karena berhadapan dengan pintu tol Jombang-Kertosono di Bandar Kedungmulyo. Karena strategis dan lahan parkirnya yang luas, masjid ini sering menjadi jujugan para musafir yang sedang melakukan perjalanan untuk melaksanakan sholat atau sekedar melepas penat. Selain itu, masjid ini juga terletak tak jauh dari sentra kuliner Pecel Lele Jombang yang sangat populer tahun ‘90an dan Agrowisata Taman Sayur Banjarsari.

Pintu Tol


Masjid Moeldoko ini diresmikan 1 Juni 2016 setelah dua tahun pembangunannya. Pasca diresmikan, masjid ini yang dibangun diatas tanah pemerintah daerah ini kemudian diwakafkan dan dikembalikan pengelolaannya pada PemKab Jombang. Dengan ukuran 30x30 meter persegi, masjid yang memang lokasinya dipilih  karena berada di titik tengah antara Jombang dan Kecamatan Purwoasro Kediri yang merupakan tempat kelahiran Jendral Moeldoko yang masing-masing berjarak 10 km.


Masjid yang kabarnya didirikan dengan dana lebih dari dua puluh lima milyar ini berada dalam kompleks Moeldoko Islamic Centre yang sebenarnya tidak berisi masjid saja.

Pusat Oleh-Oleh

TK Dharma Wanita Kayen

Dengan luas lahan mencapai 6.685m2ada banyak bangunan dan kegiatan yang diselenggarakan di sini, seperti pusat oleh-oleh khas Jombang, gedung pertemuan, Kajian Minggu Pagi, TPQ, Madrasah Diniyah, TK Dharma Wanita Kayen, bahkan pesantren anak yatim di belakang masjid.


Pondok Pesanten Anak Yatim


Sementara ada 14 anak yatim yang diasuh di pondok pesantren yatim di Moledoko Islamic Centre ini, dan semuanya masih ditangani sendiri oleh Sang Jendral. Rencananya, semua anak akan disekolahkan hingga tingkat perguruan tinggi. Semoga Allah meridhoi dan memudahkan. Aamiin aamiin yaa Robbal Alamin.



Masjid ini terdiri dari dua lantai, yaitu lantai dasar dan lantai atas. Seluruh pelaksanaan sholat dilakukan di lantai atas. Sedangkan lantai dasar digunakan untuk tempat wudhu, dan kantor pengurus. Istimewanya, di lantai dasar juga disediakan ruang musafir yang bisa digunakan untuk para pengelana yang ingin beristirahat sejenak.


Ruangan Musafir ini berada di samping kantor dan dilengkapi dengan ranjang untuk tidur. Karena ruangan sedang ditutup, Jombang City Guide hanya bisa mengintip dari jendela. Tentunya perlu lapor pengurus dulu untuk meminta izin beristirahat di ruangan ini.


Lantai atas adalah tepat untuk sholat. Dengan desain yang dimiripkan dengan Masjid gaya Ottoman, masjid ini bisa menampung 1500 jamaah. Lampu hias besar menyala di bawah kubah masjid, menerangi seluruh jamaah yang sedang melaksanakan sholat, mirip seperti masjid-masjid di Instanbul.




Shaf pria dan bilik wanita dipisahkan oleh tirai pembatas biru. Dimana seperti pada umumnya masjid, bilik wanita memiliki porsi yang lebih kecil dibandingkan luasnya wilayah pria, dan terdapat lemari untuk mukena bagi jamaah perempuan yang tidak membawa rukuh sendiri.


Penanda Shaf dan Lemari Mukena


Pintu-pintu besar menghiasi masjid ini dan menjadikan tempat ini sering digunakan para jamaah untuk berfoto. Mereka tidak ingin ketinggalan untuk mengambil gambar karena bisa jadi jamaah ini merupakan musafir dari berbagai kota yang sedang melintas.

Berfoto Ria

Bernarsis Ria

Memang, jamaah datang dari beragam tempat karena kebetulan melintas dan beribadah, mengingat jalan raya kayen memang merupakan jalan provinsi yang menghubungkan Kediri dan Jombang, sehingga tak bisa dipungkiri lalu lintas begitu ramai terutama saat mudik lebaran dan hari libur panjang.

Persinggahan Musafir : Menikmati angin nggebes

Sayangnya hanya tempat wudhu dan kamar mandi saja yang kurang dari tempat ini. Meski sudah disediakan kamar mandi dan tempat wudhu yang banyak bahkan dari ornamen tembok yang bahannya sama dengan bahan lantai masjid, namun sistem pengairannya mungkin kurang diperhatikan.


Dari banyak kran, yang keluar air hanya sedikit meski saat sepi jamaah. Aliran air yang keluar masih kalah banter dari pipis Jombang City Guide. Xixixixi………….

Nggak keluar

Kelancaran air sangat rendah di sini sehingga ketika wudhu jamaah harus banyak bersabar dalam menggenapi wudhunya. Meski syarat syah air wudhu salah satunya dengan air mengalir, namun karena air yang kecil ini, akhirnya proses wudhu menjadi makin lama dan tidak efetif gilirannya. Situasi makin buruk saat jamaah datang dalam rombongan besar sehingga air yang keluar yang sudah kecil makin kecil.

Frustasi deh airnya keciiiil

Kondisi kran di kamar mandi juga tidak lebih baik. Banyak kran yang tidak menyala sehingga Jombang City Guide kebingungan bagaimana cara menyiram toilet. Meski toilet duduk masih bisa disiram dengan memutar tuasnya, tapi trus gimana cawiknya nih


Bagian Belakang Masjid

Meski demikian tetaplah masjid ini menjadi jujugan para musafir dan harus menjadi contoh teladan untuk masyarakat supaya tidak berhitung-hitung dalam beramal. Selain menjadi tempat sholat, Masjid Moeldoko juga bisa dijadikan destinasi wisata religi di Jombang.


Sang Jendral juga berharap masjid yang beliau bangun ini bermanfaat untuk masyarakat dan menjadi tempat untuk kegiatan yang positif. Diharapkan juga Masjid yang menambah deretan masjid megah di Jombang selain Masjid Agung Baitul Mukminin ini bisa menjadi inspirasi masyarakat dan generasi muda untuk membangun negri dan mengingat kampung halaman.


Seperti pesan dalam prasasti yang diletakkan di depan masjid, yang menyatakan bahwa siapapun harus meninggalkan jejak kebajikan, yang diwujudkan oleh Jendral Moeldoko dengan mendirikan masjid ini.


Masjid Moeldoko
Moeldoko Islamic Center
Jalan Raya Kayen Perak 61462

Gondangmanis, Bandar Kedungmulyo, Jombang