Main ke Kebun Salak Wonosalam


Berwisata ke Wonosalam memang tak ada habisnya. Kali ini Jombang City Guide mampir ke Kebun Salak. Selain penghasil durian, Wonosalam juga terkenal sebagai penghasil kopi, cengkeh dan salak. Ada banyak kebun salak di Wonosalam, dan Kebun Salak Pak Farid ini adalah salah satunya. 





Istimewanya, kebun salak Pak Farid ini ditanam agak berjauhan antara pohon salak satu dengan yang lainnya, sehingga kita bisa berlarian diantara salak tanpa khawatir terkena durinya. Selain itu, karena ditanam agak renggang, kebun salak ini tampak terang, tidak ada kesan rungsep seperti kebun salak pada umumnya yang seringnya terkesan gelap, kotor dan banyak nyamuk.



Awalnya kami hanya ingin mampir membeli salak pondoh di sebuah rumah yang berada di dalam pagar biru dan bertuliskan Jual Salak Pondoh. Saat masuk ke dalam lokasi, tidak ada tempat parkirnya sehingga mobil kami masuk menutupi jalan pagar. Tapi ternyata di dalamnya terhampar kebun salak yang begitu luas.




Awas Keblowok Jeglongan

Meski tempatnya bukan seperti ground yang rata, namun kebun salak ini ternyata menjadi jujugan warga wonosalam yang ingin kulakan salak, maupun wisatawan yang ingin membeli buah tangan salak pondoh hasil bumi Wonosalam.

Bukan ground yang rata


Jombang City Guide berbelanja salak di sebuah rumah kayu yang ditempati oleh Pak Rokim dan keluarga yang menjadi penjaga kebun salak ini. Merekalah yang bertugas memanen salak setiap harinya, yang kemudian dijual di rumah kayu ini.



Salak yang langsung dipetik dari kebunnya ini, ada dua jenis. Yang kecil dihargai sepuluh ribu rupiah untuk tiap tiga kilogramnya. Biasanya tiga kilogram itu dimasukkan dalam satu kantong kresek. Sedangkan yang ukuran salaknya agak besar, dihargai lima ribu rupiah per kilogramnya. Salak yang besar ini juga dimasukkan dalam satu kresek namun ukurannya lebih besar.



Bagi yang paham salak kecil, biasanya lebih senang membeli salak yang kecil. Namun bila untuk oleh-oleh, sebaiknya beli yang besar karena tidak semua orang paham dunia persalakan. Mereka akan meremehkan ‘kesaktian’ salak kecil dan mengharapkan salak yang besar.





Salak Pondoh Wonosalam ini katanya ukurannya lebih kecil dari Salak Galendowo yang merupakan salak khas Wonosalam. Artikel menyusul ya, masih dalam penelusuran.





Kebun salak yang bertempat di Jalan Arjuna Desa Tukum, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang ini dimiliki oleh Pak Farid yang merupakan mantan Bupati Lamongan. Tempatnya mudah dijangkau karena berada di pinggir jalan tempat yang sering dilewati wisatawan. Jadi kita tak perlu mblusuk-mblusuk masuk hutan terlalu dalam untuk mendatanginya.


Tampak depan

Memang dari depan tidak terlalu terlihat perkebunannya karena tertutup oleh pagar hidup dan hanya ada pagar biru yang menandakan di sini menjual salak pondoh. Tapi saat sudah masuk, siapapun pasti sangat kegirangan melihat pohon-pohon dengan bonggol-bonggol salak yang ranum secara langsung.




Rencananya, kebun salak ini akan diprospek menjadi sebuah agrowisata, dan dibangun berbagai fasilitas untuk menarik kunjungan wisatawan seperti tempat parkir dan toilet yang memang belum tersedia. Sehingga nantinya para wisatawan tidak hanya membeli salak saja, tapi juga dapat berwisata keliling kebun salak. Semoga ada juga fitur memetik buah salak secara langsung ya.. 


Berlarian diantara Pohon Salak

Perkebunan salak ini hanya buka di hari Jumat, Sabtu dan Ahad sesuai jadwal ramainya kunjungan wisatawan yang kebanyakan memang berkunjung di akhir pekan.  Kita bisa berkeliling kebu sambil berfoto ria dengan bonggol-bonggol salak yang ranum. Selain salak, di sini juga ditanam manggis, kopi dan masih banyak lagi. Salak tetap menjadi primadona, namun penanaman tanaman lain juga akan segera dilakukan dan masih dalam proses pembangunan.




Pada dasarnya kita bisa memetik sendiri salak-salak yang ada di sini, tentunya dengan ditemani pak penjaganya. Namun karena karakteristik buah salak yang masih ‘berduri’ sehingga resiko telusupen bisa menjadi sangat besar. Jadi lebih baik langsung beli di Rumah Kayu saja,. Heheh….



Awas masih berduri

Pak Farid, Sang Pemilik, juga merupakan owner villa Al-Farid yang ada di seberang Kebun Salaknya. Kita bisa menyewa Villa tersebut dengan harga mulai Rp. 375.000,- per malam. Villa yang berkapasitas lebih dari 30 orang ini pun bisa juga diperbolehkan disewa oleh beberapa orang saja. Villanya bagus, harganya terjangkau dengan view pengunungan Wonosalam. Bolehlah kapan-kapan mencoba menyewanya.


Villa Al-Farid


Di Kebun Salak Pak Farid ini, selain bisa belanja oleh-oleh Salak Pondoh Wonosalam ini, kita juga bisa berwisata melihat pohon salak dari dekat. Ada jalan setapak yang memudahkan kita untuk melihat langsung bahkan menyentuh buah salak bibit unggul yang manisnya dikagumi oleh negeri tetangga, Thailand.




Bila dilihat sekilas, pohon salak ini seperti Pohon kurma dalam bentuk kecil. Seandainya besar, pastilah sudah dipanjat oleh Jombang City Guide seperti saat mengunjungi Kebun Kurma Ajwa. Hehehhehehe…….




Kalau nanti berbagai fasilitas sudah jadi, pasti destinasi wisata ini makin ramai. Untunglah kami sudah pernah mampir. Kapan-kapan belanja lagi buat oleh-oleh. Lumayanlah….



Kebun Salak Pak Farid
Jalan Arjuna, Seberang Villa Al-Farid
Tukum, Wonosalam, Jombang
Buka setiap Jumat, Sabtu, Ahad

Pak Rokim : 085730533341



Manistimewa, manis nan istimewa. Itulah yang Jombang City Guide rasakan saat pertama mencoba Kikil Mbak Atik Mojokrapak ini. Selama ini kita lebih sering mendengar Kikil Mojosongo dengan segala warna yang bertebaran menghiasi Jalan Hasyim Asyari, wilayah di selatan Ringin Conthong. Tapi di Jalan Wahab Chasbulloh, wilayah di utara Ringin Conthong, juga ada Kikil Mojokrapak asli Jombang yang tak kalah istimewanya.






Kikil Mbak Atik, brand namenya, sesuai dengan nama pemiliknya yaitu Ibu Atik yang sudah membuka depotnya sejak 2001. Dari resep keluarga warisan nenek yang dulunya juga menjual kikil ini di sekitar Gang Satu dekat rumah pengacara kondang asal Jombang, Bapak Rifai, Bu Atik melenggang menjadi salah satu penyedia makanan tradisional Jombang yang cukutp diperhitungkan.


Bu Atik

Kakak Mbak Atik ini dulunya juga menjual Kikil yang sama, namun entah kenapa tidak berlanjut. Sedangkan kini Kikil Mbak Atik tetap melangkah dan makin populer di kalangan pejabat di Kabupaten Jombang. PemKab Jombang, Polres maupun Kodim adalah langganan setianya. Biasanya, pincuk kikil lodeh Mbak Atik ini dijadikan hidangan untuk rapat dan kegiatan lainnya.


Bu Atik dan Kikil Mojokrapak-nya

Yang menjadikan kikil ini istimewa adalah rasanya yang manis dan kikilnya yang empuk kenyil-kenyil. Rasa manisnya ini didapat dari kikil yang dimasak bersamaan dengan kecap, sehingga kuah lodeh tampak sedikit lebih coklat karena ‘sihir’ dari kecapnya. Agak manis untuk sebuah citarasa kikil tapi tidak semanis gudeg Jogja, namun tetap sangat enak dan di situlah yang menjadikan letak keunggulannya : Manis nan Istimewa, Manistimewa.


Kuah Berkecap

Kikil ini disajikan dalam pincuk daun pisang yang diletakkan di sebuah piring anyaman, jadi para andokers bisa memilih mau makan pincuk di meja pakai piring bambu atau makan dengan pincuknya dipegang sendiri. It’s up to you.


Piring Anyaman Bambu

Kikil yang dimasak bersamaan dengan kecap, ditemani oleh lodeh di sampingnya. Berbeda dengan kikil Mojosongo dimana lodeh dan kikil dimasak bersamaan, Kikil Mbak Atik ini menyajikan kikil yang dimasak terpisah. Nasi putih dan seiris daging empal melengkapi istimewanya Kikil Mojokrapak ini. Sepincuk Nasi Lodeh Kikil Manis nan Istimewa ini dibanderol seharga Rp. 14.000,- , maka nikmat Tuhan mana lagi yang engkau dustakan.




Maka nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan??????

Bunga di Parkiran

Selain menjual kikil, warung Mbak Atik juga menjual menu lainnya. Ada pecel tumpang, nasi rames, nasi rawon, soto ayam, dan ayam panggang, ayam bakar, serta ayam goreng. Tapi secara pribadi Jombang City Guide belum pernah mencoba menu lain selain Nasi Kikil. Soalnya sudah kesihir sama kikilnya sih… Hehehehe……………



Andoker Andok




Andokers

Bertempat di Jalan Wahab Chasbulloh, Mojokrapak-Tembelang, Kikil ini buka setiap hari kecuali Jumat, mulai pukul 06.00 hingga pukul 19.00 WIB. Depot kikil ini selalu buka, tidak terlalu ramai. Pelanggan datang bergantian, jarang bersamaan dalam satu waktu. Tapi akan tutup tiba-tiba saat ada pesanan dalam jumlah besar dan kejadian seperti itu hampir tiap hari. Jadi kita harus dulu-duluan nih sama yang order dalam jumlah besar, biar nggak ketutupan.


Hari Jumat Libur




Suasana gaya mediterania

Fatherhood : Pesen lima bungkus bawa pulang... Hehhehe

Pernah suatu ketika tak tanggung-tanggung, Kikil Bu Atik menerima orderan hingga 2500 pincuk. Cukup kewalahan dengan pesanan sebanyak itu, karena sifat lodeh yang bersantan sehingga tidak bisa bertahan terlalu lama. Kini dari pengalaman tersebut, Bu Atik hanya akan menerima pesanan maksimal 1500 pincuk nasi lodeh kikil manistimewanya demi menjaga ke-fresh-an lodehnya.

Mengedepankan Kualitas
Bapak-Anak Jombang BERIMAN


Crew on Duty

Bu Atik dan para kru juga tampak selalu siap bila menerima pesanan dalam jumlah besar secara tiba-tiba. Maksimal order dua jam sebelumnya, para kru masih bisa menyiapkan sekitar pesanan 200 pincuk. Sudah terbiasa, katanya. Yang sudah langganan pasti sudah paham. Wihh sangarr….





Bu Atik ini juga pernah didapuk mewakili Jombang dalam festival makanan tradisional yang diselenggarakan di Royal Plaza. Tampak bekas banner yang dulu pernah digunakan saat event berlangsung dipajang juga di warung.


Banner saat berpartisipasi dalam Festival Makanan Tradisional di Royal Plaza




Langganan Kikil Bu Atik ini makin merambah hingga kota sebelah, maka dari itu kita jangan sampai ketinggalan untuk mencicipinya. Dijamin pasti tersihir deh. Heheheheh…. Pesan dari Jombang City Guide, jangan sampai keduluan oleh pelanggan yang ordernya banyak, nanti keinginan menikmati kikil manistimewanya Bu Atik bisa tertunda lho… Xixixi…. Yuk hayuk………



Kikil Mbak Atik Mojokrapak
Jalan Wahab Chasbulloh 86
(Jalan Raya Tembelang)
Buka pukul 06.00-19.00 WIB
Ditutup awal saat habis atau ketika ada pesanan jumlah besar
085 10 520 8882