Tak banyak yang tahu bila Ringin Conthong punya adik kecil. Ceritanya, saat menanam Ringin Conthong di Bundaran Titik Nol Jombang, Kanjeng Sepuh Sang Bupati Pertama Jombang juga memiliki bibit pohon beringin yang lain yang ukurannya lebih kecil. Si Beringin Kecil ini kemudian ditanam sesaat setelah menanam kakaknya, di depan Pendopo Kabupaten, tempat yang sampai sekarang menjadi kediaman orang nomor satu di Kabupaten Jombang.
Penanaman pohon beringin kecil ini juga bersamaan dengan diletakkannya batu pertama pembangunan Pendopo Kabupaten Jombang pada tanggal 22 Februari 1910. Setelah memisahkan diri dari Mojokerto dan berdiri sebagai afdeeling sendiri, Jombang mulai membangun berbagai sarana dan prasarana untuk fasilitas mandirinya. Sebelumnya, semuanya masih ‘ikut’ afdeeling Mojokerto, sehingga Jombang belum punya banyak infrastruktur sendiri, termasuk belum memiliki Pendopo Kabupaten. Kala itu, dengan dibangunnya pendopo dan ditanamnya pohon beringin kecil ini, diharapkan dapat ‘mengisi’ Jombang secara bertahap.
Ditanamnya pohon beringin kecil ini juga sebagai bagian dari simbol pengayoman, sebuah harapan yang berada dalam diri Kanjeng Sepuh sebagai orang nomor satu di afedeeling Jombang kala itu. Kanjeng Sepuh berharap beliau dapat menjadi pelindung untuk warga Jombang yang dicintainya. Sehingga dua pohon beringin yang ditanam beliau, melambangkan harapan dan cita-citanya.
Setelah menanam Ringin Conthong yang besar, tersisa satu bibit pohon beringin yang kecil. Bibit pohon beringin kecil yang berada di tangan Raden Adipati Arya Suradiningrat V, Sang Bupati pertama Jombang itu sering disebut Beringin Kunthing. Penyebutan istilah kunthing untuk Si Adik Kecil ini entah karena jenisnya yang bernama ‘Kunthing’ atau mungkin disebabkan ukurannya yang kecil. Memang, dalam bahasa Jawa kunthing artinya kurus kecil atau ceking sesuai dengan karakteristik Si Adik Kecil Ringin Conthong ini.
Saat Jombang City Guide mengunjungi Pendopo Kabupaten, di halamannya ada beberapa pohon beringin. Namun entah kenapa, mata kami tertuju pada satu pohon beringin kecil yang berdiri di luar halaman pendopo, tepat di tengah jalan Alun-Alun yang memisahkan antara pendopo dan alun-alun Jombang. Posisinya juga berada tepat di depan gerbang masuk alun-alun bagian timur, seakan menyambut setiap orang yang hendak masuk maupun yang akan keluar dari gerbang.
Pohon beringin kecil ini berdiri di atas sebuah pondasi dan dikelilingi oleh pagar tali rafia. Bisa jadi esok hari ada sebuah perhelatan sehingga pohon ini ‘diamankan’ dari tangan jahil saat acara berlangsung. Tak jauh dari Beringin Kunthing ini berdiri, ada Gardu Listrik Belanda yang terdapat Sirine yang berbunyi suling sebagai penanda sahur dan buka puasa saat Ramadhan yang tak kalah tinggi nilai sejarahnya.
Sirene Seruling Legendaris
Pohon beringin di tengah jalan ini ukurannya tidak terlalu besar. Bisa jadi karena sering dipangkas supaya tidak mengganggu lalu lintas jalan. Daunnya tidak rindang sama sekali, bahkan bentuknya tak beraturan. Melihat kepala Si Beringin Kecil ini, Jombang City Guide kemudian teringat para rambut Edward Scissorhand, sama sekali tidak berbentuk brokoli seperti pohon beringin pada umumnya.
Yang menarik, pohon ini seakan dipertahankan untuk tetap berdiri meski membelah jalan, seakan posisinya sangat terhormat karena meski membelah jalan namun bebas dari penebangan Dinas Pertamanan.
Di Tengah Jalan
Bisa jadi ini adalah pohon beringin kunthing yang dimaksud. Banyak artikel yang menyatakan eksistensi Beringin Kunthing ini. Meski bukan sebagai ikon Jombang seperti Ringin Conthong kakaknya, namun eksistensinya tidak boleh dilupakan dalam sejarah Kota Santri Jombang BERIMAN. Ketiadaan lanjutan dokumentasi, data, informasi, maupun informan menyulitkan Jombang City Guide untuk memastikan apakah benar inikah Si Adik Kecil Ringin Conthong yang dimaksud.
Itu Beringin Kunthingnya kelihatan dari jauh
Namun bila melihat posisinya, yang dipertahankan membelah jalan, dan berada di depan pendopo, tebakan Jombang City Guide bisa jadi benar.
Jombang punya semacam kebun raya, namanya Agrowisata PDP Panglungan. Agrowisata Panglungan bisa dikatakan Kebun Raya ala Wonosalam, yang menawarkan kesegaran udara khas pegunungan, perbukitan hijau, dan pemandangan hijau yang cantik nan eksotis khas Lereng Anjasmoro. Meskipun namanya bukan 'kebun raya', tapi fungsi Agrowisata Panglungan seperti kebun raya yang 'bertugas' menyimpan sebanyak-banyaknya berbagai koleksi tanaman yang ada.
Agrowisata PDP Panglungan bertujuan sebagai pusat pendidikan, pelatihan dan penelitian tanaman. Area wisata alam ini juga berfungsi sebagai daerah resapan air dan kawasan konservasi lahan. Berada di ketinggian 600-700 mdpl, Agrowisata PDP Panglungan berjarak kurang lebih 30 km dari pusat Kota Santri yang menjadikan BERIMAN sebagai slogannya.
Nama Agrowisata Panglungan, diambil dari nama desa dinama kebun raya ini berada. Meskipun namanya Panglungan, penduduk setempat dan warga Jombang sering mengucapkannya dengan 'Pangklungan', seakan menambahkan konsonan 'k' di tengah namanya. Mungkin karena efek logat lidah Jawa.
Close Gate jam 2 siang
Agrowisata Panglungan dikelola oleh pemerintah daerah, jadi wajar saja jam kerjanya seperti kantor pemerintah pada umumnya. Buka mulai pukul 07.00 WIB dan ditutup pukul 14.00 WIB. Biasanya pukul dua siang, gate sudah ditutup dan petugasnya pulang ke rumah. Buka setiap hari Senin hingga Sabtu, dan sayangnya hari Ahad tutup. Jadi bagi para pengunjung yang berminat datang kemari di akhir pekan, mungkin bisa mengambil waktu di hari Sabtunya.
Lokasinya ‘Kebun Raya Wonosalam’ ini berada di Dusun Sumberjo, Desa Panglungan, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang Kota Santri yang BERIMAN. Aksesnya cukup mudah karena berada di jalan utama desa Sumberjo yang sudah dipoles aspal, sehingga kita tak perlu lagi parkir lalu masuk mblusuk-mblusuk berjalan kaki ke lokasi.
Kebun Raya yang sangat luas ini juga memiliki jalan utama yang sudah beraspal sehingga pengunjung bisa menyusurinya dengan mengendarai mobil. Tak jarang ada komunitas pecinta mobil jenis tertentu yang menggelar perhelatan klubnya di sini.
Komunitas Mobil
Fasilitas yang tersedia di Agrowisata Panglungan cukup memadai seperti ground perkemahan, jalur track motor trail, bike park, sarana outbound, pendopo, musholla, bahkan homestay. Beberapa pengunjung menggunakan tempat ini untuk jelajah hutan, jalur motor trail, kemah, maupun sekedar cuci mata melepas penat setelah dikejar target kerja selama weekdays.
Sebagai salah satu penyedia bumi perkemahan di Wonosalam, Agrowisata panglungan menawarkan pengadaan perkemahan yang bisa berlangsung lebih dari dua hari. Bila kita berkemah di sini saat cuaca cerah, kita bisa melihat langit bertabur bintang yang begitu indah. Terutama bila musim panas tiba, gugusan bintang berkabut susu alias Galaksi Bimasakti terlukis di langit dengan megahnya.
Sebagai balai konservasi flora, Perkebunan Panglungan dikelola oleh ahli botani dan bekerja sama dengan petani setempat, sehingga didapat kualitas tanaman yang bermutu tinggi. Tantangan yang dihadapi Agrowisata PDP Panglungan sebagai kebun raya adalah membenahi kondisi tanah yang mulai rusak, pengendalian hama, dan merawat tanaman yang terserang penyakit.
Aneka macam tanaman menjadi koleksi yanga di Kebun Raya ala Wonosalam ini, seperti rambutan, sirsak, pisang, kelapa, jambu merah, jambu darsono, durian, kopi, manggis, salak pondoh, belimbing, kakao dan masih banyak lagi. Selain itu ada pula tanaman seperti lada, kakao, kopi, cengkih, pete dan mlinjo yang bisa ditemui bertebaran di lahan perkebunan sepanjang mata memandang.
Selain aneka ragam flora yang tumbuh di lahan seluas 97.772 hektare, ada potensi lain yaitu Wisata Air Telaga Gondang, Wisata Kebun Buah Naga dan Taman Kehati. Konsepnya miriplah dengan Kebun Raya Purwodadi dan Kebun Raya Bogor, namun jelas kalah jauh kerennya. Heheheh…..
Kebun Buah Naga yang berada di dekat kantor pengelola juga memiliki potensi yang cukup diperhitungkan. Sebagai salah satu kebun penghasil buah keberuntungan dalam mitologi cina, kini Wonosalam juga menjadi salah satu pengekspor buah naga ke Tiongkok dari perwakilan Jawa Timur.
Kebun Buah Naga
Telaga Gondang, yang merupakan bagian dari Agrowisata Panglungan merupakan sumber air yang ditampung menjadi waduk, dan menjadi danau terbesar seantero Wonosalam. Meski masih kalah pesonanya dengan Ranukumbolo di Lumajang, setidaknya Jombang punya bentuk mininya.
Telaga Gondang / Danau Kepluk
Ada juga Taman Kehati, yang merupakan kependekan dari Taman Keanekaragaman Hayati yang pintu gerbangnya di dalam area Agrowisata Panglungan. Taman Kehati ini adalah salah satu Taman Kehati di Indonesia, dan satu-satunya di Jawa Timur. Taman ini dibangun untuk melindungi aneka botani dan spesies tumbuhan khusus endemik Wonosalam.
Meski salah satu tujuan dibukanya kebun raya ini untuk meningkatkan pendapatan daerah, untuk memasuki lokasi Agrowisata Panglungan tidak dipungut biaya. Cocoklah bagi yang ingin wisata tipis-tipis, maupun wisata piknik keluarga yang murah meriah dengan membawa bekal dari rumah.
Sebagai semacam kebun raya, banyak pepohonan di dalamnya. Mirip seperti hutan, sehingga apabila cuaca tak terlalu panas, tak jarang saat kita sedang piknik tiba-tiba turun hujan ala guyuran hutan hujan tropis. Hujannya rintik-rintik dan awet sehingga cocok rasanya bila sudah membawa bekal durian yang dibeli di depan pintu masuk dan menikmatinya di gazebo yang salah satunya berada di jalan setapak menuju Telaga Gondang.
Saat berkunjung kemari, sebagai manusia yang bermartabat hendaknya kita tidak memetik buah sembarangan apalagi tanpa izin petugas. Juga jangan merusak pohon, maupun membuang sampah sembarangan di lokasi dan dimanapun juga sebenarnya karena akan merusak kelestarian lingkungan.
Destinasi wisata alam dan perkebunan ini belum begitu ramai karena masih dalam tahap perkembangan tiada akhir. Meski demikian, berkunjung kemari cukup menyenangkan karena jauh dari hiruk pikuk wisatawan alay yang bingung sendiri untuk berselfie ria. Mengunjungi Agrowisata Panglungan serasa ada di tempat wisata pribadi yang dekat dengan alam.
Kita bisa simak video tentang Agrowisata Panglungan ini, di sini :
Selain menikmati wisata panorama alam yang diselimuti dengan sejuknya hawa lereng Anjasmoro, kita juga bisa mengetahui bagaimana cara untuk menanam dan merawat tumbuhan. Tentunya edukasi ini akan didapatkan bila kita melapor pada petugas.
Rencana ke depannya Agrowisata Panglungan akan diprospek sebagai pusat konservasi tanaman langka dan sekolah alam sekaligus balai diklat alam, mengingat luasnya lahan dan potensinya yang masih belum dioptimalkan. Jadi selain berwisata kita juga bisa mendapatkan edukasi bagaimana cara bercocok tanam dan belajar mencintai alam.
Seandainya Agrowisata Panglungan ini dipoles dengan gaya masa kini misalnya ditanami aneka bunga berwarna-warni dengan rapi ala Keukenhoff atau yang tak terlalu jauh seperti Bakti Alam di Pasuruan, pastinya makin banyak pengunjungnya.
Sepertinya Agrowisata Panglungan masih percaya diri dengan bentuknya yang sekarang karena dimiliki oleh pemerintah daerah. Semiloka yang sudah diselenggarakan di Ruang Pertemuan PDP Panglungan sudah menghadirkan berbagai pembicara yang menyampaikan selayang pandang. Namun sepertinya belum ada tindakan berarti dari pengelola, sehingga belum ada perubahan yang berarti.
Alasan klise seperti dana yang berdampak pada manajemen dan infrasruktur pendukungnya. Padahal percepatan pembangunan sektor perkebunan harus dilakukan, mengingat lonjakan sektor pariwisata di Kota Santri berkembang begitu cepat terutama di Wonosalam. Ini ditandai dengan banyaknya agrowisata baru yang dimiliki perorangan.
Padahal bila dikembangkan lagi, tujuan sebagai salah satu peningkatan pendapatan daerah mungkin bisa melampaui target dengan angka yang signifikan. Mengingat adanya tren wisata di kalangan anak muda milenial yang gemar mbolang ke berbagai destinasi wisata.
Pemerintah daerah sebagai pengelola sepertinya sudah sadar bahwa lokasi ini tidak hanya sebagai tempat yang monoton, tapi juga harus dikembangkan potensinya menjadi agrowisata yang selalu menjadi destinasi turisme yang membanggakan warga Kota Santri. Tapi belum ada langkah yang revolusioner untuk mewujudkannya.
Jombang City Guide benar-benar paham rasanya menjadi warga Jombang yang sudah terlalu haus akan destinasi wisata, dan tak semuanya bisa untuk pergi jauh berwisata ke kota tetangga. Rasanya sayang sekali potensi yang ada di kebun raya ala Jombang ini kurang dikembangkan.
Pesona Agrowisata Panglungan masih kalah telak dibanding Kebun Raya Purwodadi apalagi Kebun Raya Bogor. Sebagai warga Jombang yang doyan wisata tipis-tipis, berkunjung ke kebun raya milik kota sendiri sebenarnya memiliki rasa kebanggaan tersendiri, terlebih lagi bila agrowisatanya dipoles lebih keren lagi.
Agrowisata Perusahaan Daerah Perkebunan Panglungan