Pasar di Jalan Melati Jombang, lebih dikenal sebagai Pasar Senggol, karena lapak pedagang ada di kanan dan kiri  di sepanjang jalan, seakan-akan para pembeli yang sedang berbelanja akan tersenggol barang dagangan plus belanjaan dan saling senggol-senggolan saat belanja karena saking ruwetnya, terutama jalan ini juga masih dilalui kendaraan bermotor.


Dulunya jalan ini dinamai Jalan Bhayangkara, karena letaknya berdekatan dengan kantor Polisi Jombang. Kemudian kantor polisinya pindah, nama jalan juga diubah, namun masyarakat kadang masih saja menyebut dengan Jalan Bhayangkara sehingga pasar sepanjang jalan tersebut juga sering disebut Pasar Bhayangkara. Karena adanya aktivitas jual beli sambil senggol-senggolan dalam gang yang menjelma menjadi pasar ini, sering juga disebut Gang Senggol atau Pasar Senggol.

Jalan Melati

Awalnya hanya ada dua pedagang di Jalan Bhayangkara ini. Mungkin karena profitable dan letaknya yang strategis, akhirnya banyak pula pedagang yang ikut menggelar lapaknya di sini. Lama-lama jalannya jadi menyempit. Saat pertama membukanya, para pedagang ini mendirikan lapak dengan dinding dan alas kayu. Kini, sepanjang Gang Senggol ini dipenuhi pedagang yang berjajar di kanan dan kiri jalan. Bahkan karena mungkin sudah terlalu lamanya berjualan di sini, mereka membangun tembok dan lantai dari semen yang permanen.
Lapak-lapak penjual di Pasar Senggol ini sebenarnya ilegal. Dengan pembangunan dinding dan lantai dari semen di tiap lapaknya, tingkat keilegalannya bisa dikatakan makin berat. Bahkan di beberapa sisi di atas Jalan Melati ini, dipasang jaring. Mungkin fungsinya mengurangi silau dan teriknya sinar matahari tropis Kota Santri yang dirasakan para pedagang. Dengan adanya jaring ini, Pasar Senggol dirasa makin sumpeg.

Atap jaring

Jombang City Guide masih ingat dulunya Gang Senggol ini masih boleh dilalui mobil. Namun kini sudah dilarang karena padatnya kendaraan yang berlalu-lalang dan menyempitnya jalan, hingga dikhawatirkan para pejalan kaki yang sedang berbelanja bisa kena senggol. Hehehehe……..


Barang-barang yang dijual di Pasar Senggol Jombang ini sangatlah beragam. Berkisar kebutuhan sandang yang harganya terjangkau untuk segala umur, semuanya tersedia. Ada baju, celana, sandal, sepatu, jersey sepakbola, kaos kaki, topi, kaos, ikat pinggang, daster, gamis, jilbab dan masih banyak lagi.


Pasar Senggol ini buka sekitar pukul 08.00 dimana para penjual mulai menggelar dagangannya, dan tutup sekitar pukul 21.00 atau paling lambat 22.00 WIB. Memang Pasar Senggol ini biasanya makin ramai saat malam, terutama malam minggu. Suasananya mirip Ladies Market di Hong Kong, Chinatown di Singapura atau Malaysia, tapi dalam skala town regional nJombangan tentunya.

Semi Drive Thru

Karena, barang-barang yang dijual di Pasar Senggol berkisar untuk kebutuhan sandang, awal masuk sekolah dan menjelang hari raya idul fitrilah yang menjadi peak season dimana saat itulah kebutuhan pakaian meningkat. Saat itulah para pedagang biasanya buka lebih pagi dan tutup lebih malam untuk menikmati kemeriahan lebaran karena kebutuhan para pembeli yang kalap. Hehehhe…..

Jombang City Guide masih ingat betul, dulu saat menjelang hari pertama masuk sekolah dasar di SD Sulung yang lokasinya juga tak jauh dari Pasar Senggol, kami bersama Ibuk berbelanja kebutuhan sekolah. Mulai sepatu, kaos kaki, sampai tas. Jombang City Guide ingat betul detailnya : Tasnya sederhana bernuansa warna kuning, tas samping bentuknya kotak dengan tali yang kuning juga. Ada bonekanya kecil di tengah depan tasnya, dengan motif bunga shabby chic yang senada pula dengan nuansa kuningnya. Belinya di dekat Soto Dhog Cak Slamet yang juga bertempat di Pasar Senggol. Dulunya tas ini rasanya besar sekali dengan ukuran badan Jombang City Guide yang mungil kala itu. Nah, sekarang tasnya nggak tau dimana, mungkin sudah disedekahkan sama ibuk untuk orang yang membutuhkan. Hehhehe…


Bicara tentang Soto Dhog Pasar Senggol kok jadi ingat Mie Senggol Bang Fadhil ya???

Saat longgar, resiko bersenggolan dengan kendaraan yang melintas juga lumayan. Apalagi jalannya makin sempit karena lapak pedagang yang makin makan jalan. Jadi meski sedang belanja, kita harus tetap waspada ya, karena kalau bersenggolan dengan kendaraan itu keserempet namanya. Bisa-bisa nama pasarnya ganti jadi Pasar Serempet. *eh*

Awas Keserempet

Sedangkan saat padat, senggol-senggolan antar pembeli juga makin tinggi. Apalagi Pasar Senggol ini merupakan jujugan warga Jombang untuk mendapatkan kebutuhan sandang yang harganya murah. Banyak pembeli yang sibuk memilih pakaian, terutama di malam hari setelah shalat tarawih di Bulan Ramadhan menjelang Hari Raya Idul Fitri. Gang Senggol ini seakan menjelma menjadi lautan manusia yang kalap akan kebutuhan sandangnya. Semua ingin baju baru buat riayan.


Bahkan saat menjelang hari raya idu fitri, Jalan Melati tempat pasar senggol ini tidak boleh dilalui kendaraan oleh warga sekitar karena membludaknya para pengunjung yang mencari kebutuhan hari raya idul fitri. Wilayah sekitar Pasar Senggol, menjadi lokasi parkir dadakan karena saking padatnya.

Riuh suara pembeli dan penjual yang tawar menawar, sempritan tukang parkir dadakan yang memekakkan telinga, dan asap rokok yang membahana. Yang terakhir ini yang paling mengerikan bagi kami. Jombang City Guide belum berkesempatan mengambil potret di momen puncak itu, semoga segera dimudahkan Allah. Doakan.

Pasar Senggol sama seperti pasar tradisional lain, yang menjual barang-barang kebutuhan dengan harga yang tidak membuat kantong bolong. Pasar di Gang Senggol ini salah satu destinasi wisata gratis sekaligus shopping center yang dimiliki Kota Santri Jombang BERIMAN. Siapa yang belum pernah kesini??? Yang penting jangan sengaja saling senggol-menyenggol ya…

Pasar Senggol / Pasar Bhayangkara
Sepanjang Jalan Jl. Melati, Jombang

Buka Pukul 08.00-21.00



Selain Pecel Pintjoek Bu Djiah dan Pecel Merah Kebon Rojo, Jombang juga punya sajian kuliner pecel unggulan lainnya. Adalah Pecel Pincuk Mak Nah yang berada di salah satu emperan trotoar Jalan Profesor Buya Hamka. Pecel ini mangkal dekat sekolah Kristen Petra, sehingga Pecel Mak Nah ini jadi sering disebut Pecel Petra. Setiap hari setiap pagi kira-kira pukul setengah enam pagi, Mak Nah dan putrinya bersiap dan sudah dikerubuti pelanggan yang ganas. Hehhehe… *Lapar maksudnya…. Kruyuk-kruyuk….





Sejak tahun 1990, Mak Nah dan putrinya telah berjualan pecel pincuk ini. Berangkat berdua dengan mengendarai sepeda motor dari rumah mereka di Sumber, Mak Nah dan putrinya membawa aneka bakelan dan keperluan untuk dagangannya. Sepeda motor itu memiliki kantong yang besar untuk membawa nasi, bumbu, gelas, sayur, dan aneka keperluan berdagang sarapan pecel untuk pelanggan Jombang yang sudah menanti.



Nah, karena saking larisnya, Anda pun harus berlomba dengan para pelahap pecel Mak Nah lainnya, sehingga harus bangun super pagi untuk mendapatkan pecel ajaib ini. Kenapa, karena saat siang sedikit, antrinya minta ampun…. Dan kalau agak siang sedikit, maka akan kehabisan, karena Nasi Pecel Mak Nah ini selalu terjual habis setiap hari.





Dengan sayuran pecel yang dilengkapi kates, Pecel Petra Mak Nah yang disajikan dalam pincuk ini jadi makin mantap. Dijual seharga Rp. 6.000,- per porsinya, anda bisa memilih lauk, antara sate puyuh atau telur asin dan menambah Rp.2.000,- saja. Pecel Petra Mak Nah ini, bumbu pecelnya mantap, pas dan manis. 



Berita baiknya, pecel ini bisa dibawa pulang untuk oleh-oleh dengan menebusnya seharga Rp. 30.000,-.Minuman yang tersedia adalah teh hangat yang sudah disiapkan di nampan, sehingga Anda tinggal menggunakannya. Hmm… sungguh inilah nikmatnya hidup di Jombang BERIMAN.



Sayangnya, apabila Anda kesulitan makan dengan menggunakan pincuk dan ingin menggunakan piring, Mak Nah tidak menyediakannya. Ini adalah berita buruk bagi Adik Jombang City Guide yang nggak bisa makan pakai pincuk… T_T. Kami paham, dan wajarlah bila Mak Nah tidak membawa piring secuilpun, karena aneka perbekalan yang harus dibawa setiap pagi.

Mak Nah Peduli Pendidikan

Yang spesial dari Nasi Pecel Mak Nah ini adalah Mak Nah yang mengutamakan anak sekolah untuk dilayani. TOP! Kenapa, karena anak sekolah ‘kan berangkatnya pagi sekali, masuk setengah tujuh pagi, sehingga tidak ada waktu bersantai berlama-lama makan di pecel Mak Nah. Jadi selalu didahulukan untuk dilayani.


Bila Anda datang dan membawa anak sekolah untuk makan ataupun beli untuk dibungkus, maka Mak Nah akan mengutamakannya terlebih dahulu. Ini disebabkan, Mak Nah tidak ingin anak-anak terlambat masuk ke sekolah. Waaah… pengertian sekali.... hebaaat….! Peduli pendidikan dengan style Mak Nah!

Nah, ini kesiangan. Peyeknya sisa-sisa wes.
Sudah sukur masih kebagian….


Nih, makan sambil menemani Mak Nah dan anaknya ringkes-ringkes..


Pecel Petra Mak Nah
Jalan Profesor Buya Hamka
Dekat Sekolah Petra
Buka pukul 06.00 - Habis
Menerima Pesanan



Awas Kepingin Lho yaa.....