The Pink Rombonk of Bakwan Trikoyo

Apa beda ‘Bakso’ dan ‘Bakwan’??

Pertama-tama, mari kita sebutkan komponen yang ada dalam semangkuk bakso : Bakso (Goreng, kasar, maupun halus), Tahu (Goreng maupun Rebus), Siomay (Basah maupun dibungkus Kubis), Mie (Bihun, Su’un, mie kuning dan sejenisnya), dan Gorengan. Beserta Kuah, bawang goreng, ijo2, dan saos serta kecapnya, lalu kadang dilengkapi dengan sawi.

 
Keduanya sebenarnya sama, berisi komponen semangkuk bakso pada umumnya, namun bagian utama dari perbedaannya adalah pada bakwan, mereka menyajikannya tanpa mie.




Di Jombang, ada bakso yang menurut saya paling enak dan mudah didapat yaitu Bakwan Trikoyo. Meski bakso bukan makanan khas Jombang, namun Bakwan Trikoyo ini bisa dijadikan referensi kuliner kebanggaan warga Jombang.


 

Entah mengapa disebut ‘trikoyo’, mungkin si owner namanya Pak Trikoyo ya... Setiap tengah hari, di tengah kota Jombang, para kru Rombonkman yang bermarkas di belakang apotek sebelah toko Apollo di Jalan Wahid Hasyim mulai mengayuh rombong baksonya. Sangat mudah menemukan mereka, karena mereka tersebar di berbagai penjuru kota (termasuk jalan Merdeka) dengan warna pink terang yang begitu catchy di siang hari.

 

Bakwan ini menjual bakso dengan tiga varian: kasar, halus dan goreng. Spesies terakhir ini bisa saja masuk dalam kategori bakso maupun gorengan, tergantung persepsi tiap orang. 

Bakso goreng ini juga bisa disebut gorengan versi bulat karena rasanya yang sebenarnya lebih mirip dengan gorengan daripada bakso. Sementara ini (tahun 2012), Bakso kasar dan halus dijual per butirnya dengan harga Rp. 1000,- alias seribu rupiah yang saat ini bergambar Kapitan Pattimura yang pemberani itu.



Gambar diatas adalah bakso kasar, sedangkan gambar dibawah adalah bakso halus


Selain bakso goreng, pastinya juga ada gorengan yang berbentuk siomay, yang begitu kriuk dan kadang bagi sebagian orang diposisikan sebagai kerupuk saat disantap. Ini kesukaan almarhumah kakak saya dan adik sepupu saya yang biasanya jadi korban model di blog ini, hehehehe...
 
Sering mereka membeli khusus gorengan kriuk ini dengan kuantitas yang banyak dan diletakkan dalam mangkuk tersendiri saat mereka membeli bakso. Atau Anda juga sering melakukan hal yang sama??? Hhehehehe.... Jika ya, ternyata orang Indonesia memang suka gorengan kriuk ini ya..

 
Ada juga tahu goreng dan rebus. Tahu goreng berwarna coklat dan tahu rebus berwarna putih. Keduanya disisipi kandungan bakso didalamnya yang terlihat menyembul keluar.


 Siomay juga terdiri dari dua varians : Siomay putih non-Kubis atau siomay kubis. Siomay kubis adalah siomay yang dibungkus kubis, sehingga ada kandungan sayur saat kita menyantapnya.



 



Selain bakso, semuanya dijual seharga Rp. 500,-. Jadi kita bisa memilih dan memadupadankan apa yang ingin kita makan disesuaikan selera dan budget.




Bakwan Trikoyo ini sangat empuk, dan rasanya hanya bisa Anda rasakan saat menyantapnya. Kalau bisa saya gambarkan, rasanya mirip dengan Bakso Huda Candimulyo yang juga ada di Kota Jombang. Namun, Bakso Huda merupakan versi 'adiknya' Bakwan Trikoyo karena memiliki ukuran yang lebih kecil (Lihat liputannya disiniiiii).

Seperti pada umumnya Bakso, kita mendapat fasilitas semangkuk mini ’kompilasi’ saos yang terdiri dari tiga komponen : Saos tomat domestik, kecap dan sambal.
 

Pembeli juga bisa mengambil dan memilih sendiri bakso yang akan dimakan, dengan ’menjajah’ rombong bakso dan menyingkirkan rombonkman-nya. Hehehehe......

 
Sayangnya Bakwan Trikoyo tidak menjual minuman di tiap rombongnya, sehingga kita harus mencari minuman sendiri untuk melengkapi santapan bakso kita... Selain itu, meski telah lama beredar di Jombang, bakwan trikoyo tidak membuka warung yang bertempat di bangunan yang tetap. Mereka tetap konsisten di jalur 'mendatangi' pelanggan dengan menyebar Rombonkman yang mengayuh Pink Rombonknya ke seluruh penjuru kota Jombang.

Intinya, bakso ini begitu nikmat. Cobalah Anda datang ke Jombang, tunggulah tengah hari, maka Anda akan temukan Rombonkman beserta Pink Rombonknya bertebaran di jalan. Dalam versi saya, saya sangat menggemari bakso kasarnya. Bahkan kadang saya hanya memilih bakso kasar saja dalam mangkuk Jombang City Guide. Hmm....... 

 
Selamat Makaaaannn....

 
Penasaran bentuk Bakwan Trikoyo dalam sajiannya??? Simak tulisan lain mengenai Bakwan Trikoyo di Yellow Life,-salah satu 'korban yang terbius' nikmatnya Bakwan Trikoyo-. Kelihatan kan????

 Makanya, saat berkunjung ke Jombang, karena tidak ada tempat tetapnya, pastikan di siang hari Anda jangan lupa sweeping rombong pink yang bersliweran di jalanan. Dan nikmatilah Bakwan Trikoyo yang uuueenak itu...

Samean kuliah dimana???”
“Di UI. UNDARIndah... hahahhaa.....”

Kini, bukan kebanggaan lagi yang melekat.
  
Rumput liar lapangan itu tampak begitu hijau. Tapi lapangan ini kosong. Yang ada hanya penduduk setempat yang ‘ngarit suket’ untuk ternaknya di rumah. Tanpa mereka, mungkin lapangan ini sudah berubah jadi ilalang, atau bahkan hutan kecil. Tampak di belakangnya, auditorium UNDAR yang masih punya sisa kemegahan.




Coba tanyakan pada tiap orang yang punya kisah yang ada hubungannya dengan UNDAR di masa lampau. UNDAR bahkan disejajarkan dengan Ringin Conthong sebagai ikon Kota Santri. Betapa banyak anak sekolah yang berkunjung dan bekerja sama untuk praktikum dengan para mahasiswa itu. Betapa banyak mahasiswa yang dulunya beraktivitas dan diwisuda disana. Betapa jaya Universitas Darul Ulumkala itu, hingga banyak mahasiswa datang dari seluruh penjuru Indonesia menuntut ilmu disana. 



Lapangan kosong, cocok untuk menyendiri, merenungkan banyak hal ditemani angin sepoi-sepoi. Mungkin bagus juga untuk cari ilham... atau wangsit... Sing penting ojo kesambet ae. Makane moco Bismillah nang endi-endi yo....



Belum ada perguruan tinggi lain yang bisa menandingi kehebatan UNDAR di Jombang. Pemuda-pemudi Jombang tidak memiliki alternatif yang sepadan dengan UNDAR, sehingga kebanyakan dari mereka merantau ke Surabaya dan Malang. Ada juga yang sampai tembus ke UI, (Universitas Indonesia yang asli ya, bukan UNDAR Indah, xixixixi...)


Masalah internal masih membelit universitas kebanggaan Jombang ini. Lapangan seluas ini tetap kosong. Auditorium UNDAR yang megah juga tetap sunyi. Hanya perdamaian antar saudara seayah yang mungkin bisa mengakhirinya...